Bahan baku pakan di lapangan belum bisa memenuhi kebutuhan unggas terutama broiler. Oleh karena itu diperlukan imbuhan pakan (feed additives) untuk melengkapi kekurangan itu.
Para pakar di bidang pakan ternak berupaya menciptakan imbuhan pakan yang dapat melengkapi bahan baku pakan yang ada. “Ternak untuk menghasilkan daging dibutuhkan nutrien, baru untuk memperbaiki kekurangan yang ada itu zat additive,” Kata Budi Tangendjaja, peneliti Balitnak dalam seminar “Kiat Memiih Feed Additive Yang Ideal” di Jakarta, Rabu (18/4).
Tetapi pemilihan imbuhan pakan itu sendiri tidak boleh sembarangan. Demi menciptakan pangan yang aman dari peternakan ke meja makan (Safety food from farm to tabel), pun harus memperhatikan imbuhan pakan yang diberikan pada ternak itu sendiri.
Sementara itu, menurut Desianto Budi Utomo, Sekertaris Jendral Gabungan Pengusaha Makanan Ternak, Imbuhan pakan juga dapat berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pakan, meningkatkan kecernaan, dan untuk meningkatkan ketersediaan nutrien. Yang bisa berupa antibiotik, antioxsidan, toxsin binders (pengikat racun), enzim, pellet binders (pengikat pellet), dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar imbuhan pakan yang diberikan tidak berdampak buruk kepada munusia. “Saya tahu persis 85% pakan yang diproduksi hanya untuk unggas dan untuk meningkatkan bobot badan, selama ini peternak menggunakan 85% pakan tersebut untuk memenuhi feed intake (pemasukan makanan),” jelas Desi.
Memurut Desi, peternak berlomba-lomba untuk memberikan pakan sebanyak-banyaknya ke unggas. Kondisi ini merupakan suatu kesalahan karena yang dibutuhkan unggas adalah nutrien intake per day per ekornya.
Dalam seminar yang diadakan oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) bekerjasama dengan majalah Infovet dan GiTA Organizer ini juga menampilkan beberapa seperti di bidangnya seperti Prof. Dr. Ir. Budi Tangendjaja, M.Sc., M. Appl, Prof. Dr. Ir. Nahrowi Ramli, M.Sc, peneliti dari Institut Pertanian Bogor, Dr. Desianto Budi Utomo, Sekertaris Jendral Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), dan Nugroho Adi Hartono, Spt, R & D Center CJ Feed Indonesia.
Perlu Evaluasi
Sementara itu menurut Nahrowi Ramli, jika persayratan sudah terpenuhi, bukan berarti kita bisa menggunakan sembarang imbuhan pakan. Oleh karena itu, Nahrowi menyarankan, untuk melakukan evaluasi level farm dan evaluasi level industri.
Maksudnya, tambah Nahrowi, evaluasi level farm adalah, peternak harus jeli memperhatikan respon yang diberikan oleh ternak, selain itu harus dapat meningkatakan pendapatan ekonomis, dan memiliki data yang lengkap. Sedangkan evaluasi level industri, respon positif imbuhan pakan tersebut bisa diulang, dan bisa dibandingkan.
“Untuk mengevaluasi itu kita pakai teknik meta-analisis. Bisa pakai data-data yang ada di seluruh dunia, kita kumpulkan lalu kita analisis dengan teknik meta-analisis. Lebih cepat, dan murah,” katanya.
Tetapi, tambahan tetaplah tambahan. Posisi imbuhan pakan tidak akan bisa menggeser keberadaan dari bahan baku. “Jangan menganggap feed aditive bisa mampu memperbaiki performa (unggas) anda, bila nutrien kurang. Itu tidak mungkin,” pungkas Budi Tangendjaja.
Ratna Budi Wulandari