Usia boleh menuju senja, tetapi semangat berkarya tetap menggelora.
Kegigihah inilah yang tampak dalam diri Hj. Indarwati, pedagang pengumpul jahe, karet, kakao, dan kopi di daerah Way Kanan, Lampung, saat AGRINA bertandang ke rumahnya. Apa yang kini tidak dimiliki Indarwati dan keluarga? Puluhan kebun sawit dan karet, serta 6 hektar kebun jahe telah digenggam. Ia pun sudah memiliki gudang penyimpanan khusus. Armada truk, mobil pick up, hingga minibus Avanza terparkir rapi di sisi rumah.
Meski demikian, wanita paruh baya ini kerap ditemui sedang berkeliling ke pasar mingguan untuk membeli jahe petani. Yang muda patutlah berkaca.
Kesabaran Berbuah Berkah
Kesemua itu memang tidak datang sekonyong-konyong. Butuh pupuk kesabaran yang luar biasa dalam berusaha. Mendampingi sang suami tercinta, H. Faisol, Indarwati sukses berduet menjalankan bisnis distribusi jahe, karet, kakao, dan kopi.
”Dulu 1990-an pemerintah mau membangun pabrik penyulingan minyak atsiri. Bahan bakunya jahe,” ujar Indarwati membeberkan awal mula bisnis jahe berkembang di Lampung. Namun, janji tinggal janji. Hingga kini, sambung ibu lima anak ini, rencana itu tidak terwujud. Apa lacur, jahe sudah telanjur ditanam. Untuk mengakalinya, petani hanya memanen jahe sesuai permintaan pasar lokal.
Akhirnya, kesempatan baik menyapa mereka saat order besar datang dari PT Admiral, pengekspor jahe ke Bangladesh. Indarwati dan suami melayani permintaan ini sehingga pertanian jahe kembali bersemangat. Sayang, permintaan harus terhenti lantaran usaha jahe di Bangladesh berkembang. Bisnis jahe pun kembali sepi.
Meski demikian, Indarwati tetap setia berbisnis bahan baku minuman dan jamu ini bersama sang suami. Kesetiaan itu lalu terjawab dengan datangnya permintaan dari pabrik jamu di Jawa pada 2005 silam. Permintaan kian membanjiri seiring dengan merebaknya tren konsumsi minuman kopi, susu, teh, berbahan baku jahe. Berkat tekun berusaha jahe, Indarwati bisa mengecap sukses saat usia senja.
Prinsip Jujur
Saat panen jahe, Indarwati tidak pilih-pilih petani. “Ketika musim panen jahe, semua jahe yang dibawa petani dibeli. Pokoknya, jika harga sesuai, tidak pernah ditolak,” aku Indarwati. Bersama suami, ia memegang prinsip kejujuran dalam berusaha. Satu pesan suaminya yang hingga saat ini ia pegang teguh adalah ikhlaskan saja jika orang lain yang menipu, tapi jangan sampai mereka yang menipu pelanggan.
Untuk membuktikan kejujuran itu, mereka bahkan baru menerima pembayaran setelah jahe sampai dengan selamat di tangan pembeli. Kepercayaan penuh kepada pembeli inilah yang juga menjadi kunci kesuksesan usaha keluarga ini. Dari sekian banyak pelanggannya, hanya satu orang yang pernah bertatap muka langsung dengan ibu berusia 50 tahun ini. Selebihnya, mereka hanya bertransaksi melalui telepon.
Kejujuran, kesabaran, dan semangat juang yang tinggi memang membuahkan kesuksesan bagi bisnis Indarwati. Namun, tanpa pengelolaan keuangan yang baik, tentu pencapaian seperti saat ini hanya angan belaka. Gudang, truk, dan minibus menjadi buktinya. Tak salah bila setengah abad kehidupan yang dilaluinya layak menjadi inspirasi bagi kaum muda.
Windi Listianingsih, Renda Diennazola, Syafnijal Datuk Sinaro (Lampung)