Memproduksi dan menjual daging ayam ASUH membuat omzetnya naik dan batinnya pun lebih tentram.
Berawal dari keprihatinan terhadap kualitas pemotongan ayam di pasar, kini Suparno menikmati gurihnya bisnis daging ayam ASUH di Rawa Kepiting, Jakarta Timur. Keseriusannya juga timbul lantaran daging ayam ini beraroma wangi khas ayam (tidak langu), susut masak kecil, dan rasa yang lebih enak.
Melihat berbagai kelebihan itu, Nojeng, begitu ia biasa disapa, merasa harus ikut menggalakkan produksi dan pemasarannya. Ketua Paguyuban Pedagang Ayam Potong (PPAP) ini terjun sebagai pelopor dari perdagangan daging ayam ASUH. “Kalau tidak saya, siapa yang akan memulai,” cetusnya.
Dengan membulatkan tekat dan mendapat bimbingan dari Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur dan FAO, pada 20 Desember 2011 pemotongan yang memenuhi standar ASUH di RPU Rawa Kepiting pun berjalan. Sebagai pelopor memang tidak mudah, tetapi berkat keuletannya dalam hitungan bulan Nojeng pun telah menunjukkan gambaran positif dari bisnis ayam ASUH ini.
Biaya Ekstra, Produk Lebih Sehat
Untuk memproduksi daging ayam ASUH, Nojeng mengaku harus mengeluarkan biaya ekstra kurang lebih Rp500/ekor. “Tiap 100 ekor ayam, saya menambah dana untuk beli es Rp30 ribu,” tuturnya. Biaya ekstra ini masih ditambah keperluan listrik dan lainnya. Untunglah, pihak dinas membantu biaya listrik, air, dan mesin karena dirinya berproduksi di RPU Rawa Kepiting, milik Pemprov DKI Jakarta.
Nojeng memasang harga karkas ayamnya Rp25 ribu/kg. Saat ini daging ayamnya sudah tersebar di beberapa wilayah Jakarta, seperti Gandaria Utara, Mampang Pela, Petukangan, Duren Sawit, Tanjung Duren, dan Pulogadung.
Dalam satu hari, rata-rata dia memotong 400 ekor, padahal sebelumnya hanya mampu menjual 100-150 ekor. Saat bertemu AGRINA (6/3), dia mengaku, membeli ayam hidup seharga Rp15.500/ekor. Ongkos produksinya Rp1.700/ekor. Bila harga jualnya Rp23 ribu (untuk peritel), dia meraup laba Rp5.800/ekor. Harga jual ke konsumen akhir Rp25 ribu sehingga labanya senilai Rp7.800/ekor. Berarti keuntungannya Rp2,32 juta -Rp3,12 juta sehari.
Pemilik outlet di Pulogadung ini kemudian mengajak seluruh anggota PPAP yang berjumlah 1.750 orang untuk ikut berjualan daging ayam ASUH. “Saya ingin mewajibkan anggota saya berjualan daging ayam ASUH, minimal lima ekor ayam per orang,” tandasnya. Bagi pedagang yang kontinu memasarkan daging ayam lima ekor selama 30 hari, Nojeng akan memberi asuransi.
Usaha tersebut ditempuh agar pedagang membuktikan sendiri kelebihan dari daging ayam ASUH. Tidak perlu takut dalam memasarkan daging ayam ASUH. Daging ayam ini sudah dibekukan sehingga bertahan lebih lama dibandingkan daging ayam tanpa melalui proses pendinginan.
Pedagang hanya perlu menyiapkan kotak dengan bahan styrofoam untuk bisa memasarkan daging Ayam ASUH. “Pada dasarnya ayam yang sudah di-blast freezer (dibekukan cepat) itu lebih tahan 6 jam. Lebih baik kalau mereka bawa styrofoam. Ya nggak banyak sih isinya, paling satu styrofoam 25 ekor,” terang Suparno.
Ayam produksinya sudah di-blast freezer sebelum dijual. Tak perlu takut mendapatkan ayam sisa yang dibekukan lagi. “Kita biasanya motong sesuai permintaan, jadi langsung habis, yang segini buat ini, yang segini buat itu,” pungkas Nojeng. Siap bergabung bersama Nojeng?
Ratna Budi Wulandari