Ulat grayak sering kali menjadi momok bagi petani bawang merah. Kurang antisipatif terhadap hama ini, kerugian yang diperoleh karena hama dapat menurunkan hasil panen mencapai 40%.
Ulat grayak alias ulat bawang disebut juga Spodoptera exigua termasuk hama terpenting pada tanaman bawang merah. Ulat ini termasuk hama yang sulit dikendalikan karena merusak tanaman pada bagian dalam daun sehingga keberadaannya sulit terlihat. Daun yang terserang hanya tinggal epidermisnya saja. “Kerusakan yang ditimbulkan sangat merugikan karena produksi berkurang secara signifikan bahkan dapat menyebabkan kematian seluruh tanaman apabila populasi tinggi,” jelas Silviya Wiltin, Crop Specialist Chili, Shallot and Watermelon Bayer CropScience Indonesia.
Perkembangan populasi hama ini, menurut Silvy, begitu sapaan akrab Silviya Wiltin, sangat cepat terutama pada musim kemarau yang merupakan musim raya penanaman bawang merah. Antisipasi terhadap serangan ulat sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya kerusakan tanaman, terutama saat awal musim tanam, dengan pemantauan dan pengendalian terhadap telur hama.
Destello Kendalikan Sejak Telur
“Bayer meluncurkan insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat bawang terutama pada stadia telur. Destello 480 SC merupakan insektisida dengan dua bahan aktif Tiodikarb 360 g/l dan Triflumuron 120 g/l, yang bersifat racun telur dan racun lambung. Destello pada bawang merah digunakan untuk mengendalikan hama ulat grayak yang merupakan hama utama pada tanaman bawang merah,” ungkap dara alumnus Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, ini.
Aplikasi Destello dilakukan sedini mungkin setelah terlihat adanya kumpulan telur. Destello dengan dua bahan aktif, tambah Silvy, akan memberikan perlindungan ganda terhadap telur dan ulat. Tiodikarb yang bersifat racun telur akan mematikan telur setelah terjadi kontak langsung dengan telur. Telur tidak akan menetas jika terkena residu, dan larva yang baru menetas akan mati bila makan bagian telur yang terkena residu.
Triflumuron bekerja sebagai insect growth regulator (IGR) akan menghambat larva dalam pergantian kulit/instar sehingga ulat akan mati. Triflumuron tidak bersifat kontak dan knock down, jadi perlu waktu untuk larva makan hingga ganti kulit. Kematian larva memakan waktu sekitar tiga hari, tetapi selama proses tersebut larva tidak aktif makan. Triflumuron bersifat lifofilik yang mudah diserap lapisan lilin sehingga tahan terhadap air hujan.
Destello tidak memiliki knock down effect, untuk aplikasi pada stadia larva dianjurkan dicampur dengan insektisida kontak, seperti Buldok. Aplikasi Destello 1,5 ml/l + Buldok 1,5 ml/l dengan interval tiga hari atau sesuai kondisi tanaman, akan memberikan hasil yang maksimal dalam pengendalian ulat bawang. “Pencampuran dengan insektisida bahan aktif berbeda juga sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya resistensi hama (Resistensi Manajemen). Jadi, selain sebagai PARTNER TERBAIK dalam pengendalian hama secara dini, Destello juga merupakan PARTNER TERBAIK untuk dicampur dengan produk berbahan aktif lain dalam upaya managemen resistensi hama,” ungkap Silvy menutup pembicaraan.
Untung Jaya