Tantangan budidaya bawang merah tidak hanya mengatasi gangguan hama-penyakit sejak tanaman mulai ditanam hingga panen, tapi juga upaya menghasilkan bawang merah berkualitas.
Meningkatnya serangan hama-penyakit pada tanaman bawang merah sangat didukung kondisi cuaca yang tidak menentu. “Cuaca tidak menentu seperti tahun lalu hingga sekarang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah, seperti peningkatan serangan hama-penyakit. Kerugiannya cukup besar bahkan bisa gagal panen,” kata Kasbi, petani bawang di Dusun Depok, Ds. Sumberjo, Kec. Gondang, Kab. Nganjuk, Jawa Timur.
Beberapa di antara pengganggu itu adalah hama ulat grayak (Spodoptera exigua), pengorok daun (Liriomyza sp.), penyakit busuk daun (Phytophthora infestans), bercak ungu (Alternaria porri), dan layu fusarium (Fusarium oxysporum). “Dulu saya pakai produk lain tetap kena busuk daun dan tidak panen. Setelah pakai Rampage dan CabrioTop hasilnya bisa terlihat langsung. Di sini musim hujan banyak penyakit busuk daun dan musim kemarau banyak serangan ulat,” ungkap Kasbi.
Hal senada disampaikan Sugeng, Panijo, dan Wagimin, petani di Dusun Kaliulo, Ds. Pehserut, Kec. Sukomoro, Kab. Nganjuk, yang juga memanfaatkan Rampage 100 EC dan CabrioTop 60 WG.
Tertutupi Peningkatan Hasil
Menurut Kasbi, biaya produksi satu hektar tanaman bawang merah di daerahnya berkisar Rp30 juta – Rp40 juta. Jika harga bawang merah sekarang Rp5.000 - Rp8.000/kg dan produksinya 20 – 25 ton/ha, sisa hasil usaha lebih dari 100 persen dalam waktu 2,5 bulan. Dari total biaya itu, ia mengeluarkan untuk pembelian CabrioTop 60 WG dan Rampage 100 EC hanya Rp335 ribu. “Pemakaian CabrioTop tidak ada ruginya karena bisa menyelamatkan daun agar tidak kena jamur sehingga bobot dan kualitas umbi bawang menjadi bagus. Jadi biaya untuk fungisida dan insektisida tertutupi dari peningkatan hasil,” simpulnya.
Aplikasinya cukup mudah. “Aplikasi Rampage dilihat dari gejala yang sudah ada, pertama kali menyemprot diberi sekitar 10 ml per tangki 17 l. Jika ada gejala sedikit parah dan tanaman bawangnya agak rimbun bisa diberi 15 - 20 ml per tangki. Jika tidak begitu banyak gejala serangan, diberi 15 ml sudah bagus,” aku Kasbi. Rampage 100 EC yang berbahan aktif klorfenapir 100 g/l ini sangat ampuh untuk mengendalikan hama ulat grayak.
Sedangkan aplikasi CabrioTop 60 WG, menurut Kasbi, dilihat dari kondisi tanaman. Untuk pencegahan sekitar umur 15 hari diberi satu sendok makan per satu tangki. Lalu tanaman umur 25 – 30 hari untuk menghambat tumbuhnya tunas baru tiga sendok makan per tangki.
“Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, tidak cukup hanya mengandalkan peningkatan hasil panen, tetapi perlu upaya meningkatkan kualitas umbi. Pemakaian CabrioTop sebagai kuncinya, baik pada musim hujan maupun kemarau. Bahkan pemakaian pada musim kemarau, CabrioTop mampu mengurangi stres tanaman sehingga tetap hijau dan tidak banyak yang layu. Hasil yang tidak kalah pentingnya, setelah menggunakan CabrioTop, persentase susut saat penyimpanan sangat kecil sekali. Umbi masih keras sehingga petani masih mendapatkan bawang merah yang berbobot dan pendapatan yang tinggi,” papar Kasbi dengan nada senang.
Retno Indah Palupi