Di tegah perubahan cuaca yang tidak menentu sering mengakibatkan gagal panen di beberapa daerah, namun kini diharapkan hal itu tidak akan terjadi lagi. Karena telah ada produk rekayasa genetika untuk bisa meningkatkan produksi meskipun cuaca sedang tidak menentu.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan menerangkan, saat ini pemerintah khususnya Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk dapat meningkatkan produksi komoditas pangan seperti beras, tebu jagung, dan kedelai. Untuk menjawab itu semua bioteknologi kuncinya. “Bioteknologi memang salah satu solusi meningkatkan produksi, namun bukan segala-galanya,” kata Rusman dalam acara seminar Bioteknologi, Senin (21/2) di Gedung Kementan.
Selain dapat meningkatkan produksi, kata Rusman, bioteknologi juga dapat mengurangi biaya produksi. Karena dengan menggunakan produk rekayasa genetika (bioteknologi) berarti dapat mengurangi penggunaan pestisida. Namun yang dikhawatirkan dalam saat ini benih bioteknologi masih dalam masa uji keamanan.
Clive James, Pendiri sekaligus Ketua The International Service for the Acquisition of Agri-biotec Applications (ISAAA) membenarkan jika bioteknologi dapat meningkatkan produksi. Karena produk rekayasa genetika memiliki keunggulan di lahan kering serta tahan terhadap serangan penyakit hawar daun. Maka dengan meningkatkan produksi berarti juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
“Saya berharap peta Indonesia sudah tidak lagi kuning, tetapi sudah berubah menjadi hijau. Pada 2013 mudah-mudahan sudah mulai diimplementasikan penggunaan produk rekayasa genetika. Kita dapat berharap banyak dari teknologi ini,” harap James.
Lolos Uji Keamanan
Rusman berencana, setelah produk rekayasa genetika ini lolos dalam tahap uji keamanan, maka akan dijadikan sebagai program pertanian Indonesia. Untuk itu dibuatlah peta jalan (roadmap) pengembangan pangan rekayasa genetika.
“Ini harus memulai dengan penyusunan roadmap, pada dasarnya biotek ini solusi, tetapi bukan segalanya, meski ada kekurangan, harus dijelaskan secara terbuka dan jujur,” saran Rusman mantan kepala Badan Pusat Statistik (BPS).
James menambahkan, selain itu saat ini sudah ada Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan Mentetri Pertanian (Permentan) yang mengatur tentang keamanan bioteknologi.
Yuwono Ibnu Nugroho