Tikus penyebab kerusakan tanaman padi mulai dari
saat pesemaian hingga siap dipanen. Bahkan seringkali pula padi yang sudah
disimpan dalam gudang pun diserang ketika tidak ada tanaman di sawah. Kerusakan
akibat hama tikus ini di Indonesia mencapai 15-20 % setiap tahunnya.
“Sejak jaman Belanda, tikus telah menjadi musuh bagi tanaman padi baik di Indonesia maupun di negara-negara Asia lainnya yang juga menanam padi,”kata Swastiko Priyambodo peneliti hama tikus dari Institut Pertanian Bogor dalam acara launching event pengendali tikus Stratagem di Jakarta, Rabu (11/1).
Di Indonesia ekosistem pertanian sangat mendukung pertumbuhan atau perkembangan populasi tikus, khususnya pada saat tanaman padi masuk dalam fase bunting (bulir padi masih ada di batang). “Bulir ini penghasil hormon geberelin yang bisa memacu tikus betina terangsang untuk berreproduksi dan membentuk sel telur, tikus pun siap dibuahi,” jelasnya.
Ia menambahkan, ketika padi mulai bermalai bermalai tikus bunting dan begitu padi sudah panen tikus melahirkan anak-anaknya. Petani pun tidak menyadari hal ini karena mereka sudah merasa bisa mengendalikan pada saat musim tanam sebelumnya.
Petani sering diberikan penyuluhan, tapi seringkali pula lupa untuk selalu memonitoring keberadaan tikus. Ketika populasi tikus meningkat mereka tidak peduli atau tidak tahu. “Jadi, sebagus apapun pengendalian dengan berbagai macam bahan pengendali tapi kalau monitoring untuk berikutnya tidak ada maka percuma dan sia-sia,” kata Swastiko.
Pakar proteksi tanaman IPB ini mengilustrasikan keberadaan tikus yang monitoring-nya terabaikan petani. Jika di satu wilayah ada 1000 ekor tikus dan petani bisa membunuh 950 ekor tikus, akan ada sisa 50 ekor. Tikus yang berjumlah kecil ini yang keberadaannya di di areal yang luas tidak terlihat dan terabaikan oleh petani.
Padahal mereka ini punya potensi untuk berkembang biak dengan cepat karena 1 ekor tikus bisa melahirkan 12 anakan. “Kalau saja dari 50 ekor, ada 25 ekor tikus betina maka anakan itu mencapai 300 ekor untuk satu kali melahirkan. Jika ada 2 kali kelahiran jumlahnya berlipat jadi 600 ekor,” imbuhnya.
Tikus ini bisa menyerang beberapa jenis tanaman seperti padi, kelapa sawit, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, tebu, dan lain sebagainya. Namun tanaman yang sering diserang dan paling disukai adalah padi. “Itu yang disebut sebagai migrasi musiman dan gudang menjadi jarahannya,” jelasnya.
Tri Mardi Rasa