Gernas (Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional) yang dimulai dari tahun 2009 ini kelihatannya mulai menunjukan titik cerah. Hal tersebut dengan dibuktikannya dengan peremajaan kakao dari klon unggul yang disambungkan ke tanaman kakao yang berproduksi rendah.
Perkembangan kakao di Kabupaten Kolaka dengan
teknik sambung samping terlihat di dua kawasan inti perkebunan kakao
yakni Kecamatan Lambadia dan Kecamatan Mowewe. “Teknik sambung samping ini
sebagai model untuk merehabilitasi tanaman kakao yang sudah cukup tua dan susah
berproduksi. Selain itu teknik ini dinilai tidak terlalu rumit dan berbiaya
cukup murah,” kata Darwis Kepala Bidang Produksi Dinas perkebunan Kabupaten
Kolaka, Sulawesi Tenggara saat mendampingi Agrina.
Dengan teknik sambung samping dapat
meningkatkan produksi
Foto : Yuwono Ibnu Nugroho
Darwis menjelaskan, teknik sambung samping ini merupakan salah satu teknik peremajaan tanaman kakao yang berumur kurang lebih 18 tahun. Teknik ini menggunakan batang atas (entris) dari tanaman kakao dari klon unggul yang kemudian disambungkan pada tanaman kakao yang sudah berproduksi rendah. Pada teknik ini digunakan klon batang kakao dari bibit kakao Sulawesi I dan Sulawesi II. “Tujuannya agar pada tahun berikutnya akan menghasilkan tanaman kakao yang mempunyai buah cukup banyak serta mutu yang baik,” terang Darwis.
Bahkan, kata Darwis, petani Mowewe yang dalam bahasa asli penduduk Kolaka berarti ‘dikelilingi gunung’ selalu berusaha kesimbangan alam. Salah satunya dengan cara tetap menjaga sumber mata air pegunungan dan hutan disepanjang bukit yang mengitari kecamatan tersebut. “Di Kolaka sendiri panen kakao bisa dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun yakni bulan Juli, Agustus dan September,” pungkas Darwis.
Sementara itu dalam segi perluasan lahan area kebun kakao di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara pada 2009 sekitar 91.259,52 ha pada 2010 meningkat menjadi 92.442,24 ha.
Yuwono Ibnu Nugroho