Derasnya impor kentang tahun ini dikabarkan lantaran produktivitas benih kentang lokal masih rendah. Walhasil, harga kentang dalam negeri lebih mahal dibandingkan yang impor.
Produktivitas kentang lokal masih berada di kisaran 25-30 ton per ha, sedangkan yang impor asal Australia dan Kanada mencapai 60 ton per ha. “Indonesia membutuhkan bibit kentang berkualitas agar produksi dapat meningkat,” ungkap Benny A. Kusbini, Ketua Umum Dewan Hortikultura Nasional saat Forum Discussion Group Kentang Kadin di Jakarta (14/11).
Meningkatkan Produksi Benih
Ada delapan balai benih yang saat ini memproduksi benih kentang untuk kebutuhan nasional. Produksi benih dari balai, lalu didistribusikan ke petani penangkar benih untuk diperbanyak, yang selanjutnya ditanam petani. Tahun ini Kementan memperkirakan ketersediaan benih kentang baru 15 persen atau sebanyak 15.537 ton dari kebutuhan benih kentang nasional yang sebesar 103.582 ton.
Karena itu Hasanuddin Ibrahim, Dirjen Hortikultura, Kementan, berencana melengkapi fasilitas delapan balai benih itu. “Saya minta kepala balai membuat proposal untuk membuat program pengembangan balai benih. Kita lakukan pelan-pelan sampai tahun 2014. Nanti kita cari uangnya karena anggaran direktorat terbatas,” katanya dalam acara workshop Mendorong Kemandirian Benih Kentang di Dalam Negeri di Jakarta.
Kementan juga akan menggencarkan sertifikasi benih kentang agar pada 2014 tersedia benih kentang unggul bermutu sebesar 60 persen dari kebutuhan nasional. Kementan berharap petani akan terus menanam benih unggul agar produksi kentang nasional meningkat.
Senjata Baru
Selain masalah ketersediaan benih berkualitas yang tidak memadai, rendahnya produktivitas kentang juga akibat faktor cuaca. Terlebih ketika musim hujan, penyakit banyak berjangkit. “Pada umumnya penyakit busuk daun menyerang pada saat musim hujan. Bahkan bila tidak dikendalikan dapat menyebabkan kerusakan total.” kata Ratna Indah Cahyaningsih, Senior Crop Manager Vegetable Bayer CropScience Indonesia.
Penyakit busuk daun termasuk penyakit utama biang penurunan produksi kentang. Penyakit yang disebabkan cendawan Phytophthora infestans ini sudah menyebar ke seluruh areal pertanaman kentang di Indonesia. Biasanya, jelas Ratna, busuk daun dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda pada daun, terdapat spora berwarna putih di permukaan bawah daun. Selain menyerang daun, batang dan pucuk dapat juga terserang. Namun petani tidak perlu khawatir karena segala masalah pasti ada jalan keluarnya termasuk jika terserang busuk daun.
Salah satu caranya dengan penggunaan fungisida yang tepat. Ratna mengatakan, pihaknya baru saja melakukan launching fungisida terbaru, bernama Infinito, untuk mengendalikan busuk daun. Fungisida ini berbahan aktif Fluopicolide dan Propamokarb Hidroklorida yang bekerja secara sistemik dan translaminar sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan. Infinito secara total melindungi bagian dalam tanaman terhadap serangan penyakit busuk daun dan juga antipembentukan spora (anti-sporulasi) cendawan. Selain itu, Infinito juga dapat menghambat pertumbuhan miselium cendawan. “Selain melindungi daun dapat juga melindungi tunas dan umbi,” imbuh Ratna.
Yuwono Ibnu Nugroho