Minggu, 18 Desember 2011

LIPUTAN KHUSUS : Jurus Jitu Melawan Phytophthora

Awas, serangan busuk daun kentang (Phytophthora infestans) dapat menurunkan hasil panen kentang secara signifikan. Namun kini sudah tersedia fungisida Cabrio Top untuk mengatasinya.

Musim hujan telah tiba, biasanya seiring musim hujan petani kentang sering ditakutkan oleh serangan cendawan Phytophthora infestans yang menyebabkan penyakit busuk daun atau di Jawa Barat dikenal sebagai lodoh. “Memang benar saat ini Phytophthora sedang gencar menyerang tanaman kentang di sini, terlebih pada saat musim hujan,” kata Karyono, petani kentang di Kp. Cipangisikan, Desa Wanasari, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung.

Karyono mengakui hal yang paling ditakuti dari Phytophthora, yaitu dapat menurunkan hasil panennya. Cendawan itu dapat merusak daun kentang,  akibatnya  sari makanan yang disuplai dari daun menuju umbi akan berkurang. Hal ini akan mengganggu pembentukan umbi kentang . “Sewaktu terserang Phytophthora hasil panen hanya mencapai 18 ton per hektar. Sedangkan panen normal bisa 25 ton atau lebih,” keluh Karyono.

Hal serupa juga dialami Cecep Nurjaman, petani kentang di daerah yang sama. Hasil panennya turun sekitar 30 persen akibat Phytophthora. “Akibat serangan Phytophthora hasil panennya hanya mencapai 20 ton per hektar. Jadi memang benar Phytophthora dapat mengurangi produksi karena ukuran umbi kentang mengecil,” tambah Nurjaman.

Biasanya, kata Nurjaman, tanaman yang sudah terkena Phytophthora dimulai dengan gejala bercak basah yang tidak teratur pada tepi hingga tengah daun. Kemudian, bercak ini melebar dan terbentuklah bercak meluas berwarna cokelat. “Namun perlu diketahui, bercak biasanya tidak hanya pada daun, serangan juga terjadi pada tangkai daun atau tangkai anak daun,” jelas Nurjaman.

Pemilihan Fungisida

Namun, lanjut Karyono, dengan berbekal pengalaman serta memilih fungisida yang tepat, hal tersebut dapat diminimalkan. Salah satu fungisida yang tepat untuk mengatasi serangan Phytophthora adalah CabrioTop 60 WG, produk PT BASF Indonesia. “Setelah menggunakan CabrioTop 60 WG  hasil panen menjadi 25 ton per hektar karena serangan Phytophthora bukan  masalah lagi,” ungkapnya.

Begitu juga dengan Nurjaman, setelah menggunakan CabrioTop 60 WG kini hasil panennya bisa mencapai 26 ton per hektar. Bahkan saat musim hujan pun tanaman dapat terlindungi dari serangan cendawan tersebut sehingga hasil panen tetap tinggi. “Saat ini walaupun hujan datang serangan Phytophthora dapat diatasi,” ucapnya sambil terseyum.

Karyono menjelaskan, CabrioTop 60 WG dapat mengendalikan Phytophthora dengan baik karena mengandung bahan aktif pyraclostrobin dan metiram.  CabrioTop 60 WG merupakan  kombinasi fungisida kontak dan sistemik berbentuk butiran halus yang dapat didispersikan dalam air. “Dengan begitu dapat mengendalikan Phytophthora secara sempurna. Aplikasi Cabrio Top cukup mudah. Satu hektar cukup dengan tiga bungkus Cabrio Top @ 500 gram (1,5 kg per hektar) saja,” jelasnya.

Semenjak menggunakan Cabrio Top selama tiga tahun terakhir ini Phytophthora sudah bukan masalah lagi. Lebih dari itu, hasil panennya stabil, ukuran umbi kentangnya pun normal dan berkualitas.

Yuwono Ibnu Nugroho 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain