Diperlukan upaya terpadu untuk mengatasi serangan wereng cokelat agar produksi padi dapat diselamatkan.
Wereng cokelat masih menjadi sumber kekhawatiran bagi petani padi. Bagaimana tidak, populasi hama ini dapat berkembang pesat dalam waktu relatif singkat. Daya merusaknya pun luar biasa pada semua fase pertumbuhan tanaman. Selain itu, belakangan ini wereng cokelat juga menjadi vektor virus penyebab penyakit kerdil hampa atau kerdil rumput.
Dengan kemampuan merusaknya, wereng telah memporakporandakan pertanaman padi petani di berbagai wilayah, termasuk Banyuwangi, Jawa Timur. “Tiga musim tanam yang lalu gagal panen. ‘Kan di Jawa Timur sudah terkenal serangan werengnya,” ungkap Hamim Nur, petani di Desa Rantuk, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.
Berdasarkan pengamatan Eko Wahyudi, fasilitator Sekolah Lapang BASF, lonjakan hama wereng di daerah Banyuwangi tahun lalu disebabkan penanaman varietas padi rentan terhadap wereng, pola tanam tidak serempak, dan hujan hampir dua tahun terus menerus. “Daerah selatan (Banyuwangi selatan) yang biasanya menanam padi satu kali setahun, berubah menjadi tiga kali (per tahun),” ungkapnya.
Tahun ini kondisi di sana sudah membaik. “Alhamdulillah kondisi sekarang mulai agak membaik. Tanaman yang sekarang, serangan werengnya mulai mendingan,” beber Hamim melalui telepon. Hal senada dikabarkan Sabar di Subang, Jawa Barat. “Untuk musim ini, dapat dikatakan serangannya ringan,” ujar petani padi ini.
Pilih yang Ramah Lingkungan
Untuk mendapatkan hasil tersebut, petani melakukan berbagai hal. Mulai dari penanaman serentak, penggunaan varietas tahan, sampai pemanfaatan insektisida yang ramah lingkungan. “Mulai musim tanam yang lalu, pihak petugas penyuluh lapangan (PPL) menganjurkan pemakaian insektisida yang ramah lingkungan,” terang Eko.
Berbagai penyuluhan yang dilakukan PPL maupun Sekolah Lapang BASF membuat kesadaran petani meningkat. “Kita seleksi bahan aktifnya. Kita cari yang ramah lingkungan dulu, yang sistemik. Kalau kontak ‘kan nanti musuh alaminya mati semua,” terang Sabar.
Salah satu insektisida yang cara kerjanya sistemik dan ramah lingkungan adalah Regent 80 WG produk PT BASF Indonesia. “Untuk mengendalikan wereng kita percaya sama Regent 80 WG,” tambah Sabar.
Pilihan insektisida Regent 80 WG itu sesuai program pengendalian hama terpadu. Aplikasi Regent 80 WG membuat musuh alami wereng seperti laba-laba serigala, laba-laba bermata jalang, laba-laba berahang empat, belalang bertanduk panjang, capung kecil atau yang dikenal dengan capung jarum, dan berbagai jenis serangga “baik” lain dapat bertahan hidup.
Aplikasi insektisida pun tidak boleh sembarangan. “Yang penting pengamatan dulu agar insektisidanya tidak salah,” saran Hamim. Bila dalam pengamatan ditemukan wereng, maka diperlukan insektisida untuk mencegah perkembangbiakannya.
“Untuk pengendalian wereng kita menggunakan Regent 80 WG, dosisnya satu sachet (1,6 gram) per tangki (17 L),” terang Diki Julhizrah, fasilitator Sekolah Lapang BASF di daerah Karawang. Untuk satu hektar diperlukan 15 sampai 20 sachet Regent 80 WG.
Dengan pemanfaatan produk insektisida yang tepat, hama dapat ditanggulangi dan lingkungan pun tetap terjaga keseimbangannya.
Ratna Budi Wulandari