Kombinasi pupuk hayati, bio-organik, dan zat perangsang tumbuh organik, tidak hanya dapat meningkatkan produksi, tapi juga daya tahan tanaman.
Wereng cokelat (pembawa virus kerdil hampa dan rumput) dan wereng hijau (pembawa virus tungro) momok bagi petani. Tetapi, setelah menggunakan Bio-Extrim (pupuk hayati majemuk cair), Organox (pupuk bio-organik cair), dan Hormax (zat perangsang tumbuh organik), banyak petani padi terhindar dari serangan virus yang dibawa kedua serangga hama itu.
Menurut Rahmadi Irwinsyah, 42, keunggulan Organox mengandung C-organik tinggi (sekitar 21,42 persen). Produk lain, menurut Staf Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah, NTB, itu, C-organiknya kurang 12 persen. Sedangkan keunggulan Bio-Extrim, populasi mikroba yang bermanfaat lebih banyak (ekstrem) dan fitohormon (zat perangsang tumbuh organik) yang bermanfaat meningkatkan metabolisme tanaman.
Nyawanya tanah
C-organik adalah nyawanya tanah, indikator kesuburan tanah, dan merupakan hasil perombakan dari bahan-bahan organik yang diperlukan tanaman. Di Lombok Tengah, kandungan C-organiknya sekitar 0,7 - 0,9 persen. Padahal, tanah subur itu, C-organiknya 2,5 – 5 persen. “C-organik itu nyawanya tanah sekaligus media biak mikroba multifungsi. Supaya C-organiknya tinggi, diberi pupuk yang mengandung C-organik tinggi,” kata Wayan Supadno, praktisi pertanian dan formulator Organox, Bio-Extrim, serta Hormax.
Sedangkan mikroba, khususnya Bacillus sp., menurut Wayan, mampu bertindak sebagai imunomodulator untuk menguatkan sistem kekebalan tanaman. “Bagi saya, number one itu imunomodulator yang membuat stamina tanaman bagus karena telah terimunisasi (banyak tentara dalam tubuh tanaman),” katanya. “Esensinya, meningkatkan stamina,” katanya. Dengan stamina oke, padi tahan virus kerdil hampa, kerdil rumput, dan tungro.
Di lahan sawah milik keluarga dua hektar, pada musim hujan (MH) 2009 – 2010, Rahmadi menggunakan Organox, Bio-Extrim, dan Hormax untuk padi varietas Inpari 8. Selain itu, musim kemarau I (MK I) 2011, ia juga mengaplikasikannya di lahan seluas dua hektar milik Balai Benih Induk (BBI) Padi dan Palawija, Lombok Tengah, untuk varietas Ciherang.
Mula-mula lahan diberi kompos satu ton per hektar dan diolah minimal. Setelah itu aplikasikan dua liter Organox dan satu liter Bio-Extrim. Caranya, 10 tutup botol (200 ml) Organox dan 5 tutup botol (100 ml) Bio-Extrim dicampur 17 liter air. Lalu semprotkan ke lahan dengan sprayer (penyemprot). Dan, benih yang akan disemai, direndam ke dalam larutan satu tutup botol (20 ml) Hormax (mengandung multihormon), dua tutup botol Bio-Extrim (mengandung populasi Bacillus sp. yang tinggi), dan 5 liter air, selama 24 jam.
Stamina padi
Setelah penyemaian berumur 15 hari, menurut Wayan, bibit siap pindah tanam. Sebelum ditanam ke sawah, akar bibit direndam, walaupun 15 menit, dalam larutan dua tutup botol Bio-Extrim, dua tutup botol Organox (kaya C-organik sebagai media biak mikroba bermanfaat), dan dua tutup botol Hormax ke dalam 10 liter air. “Sangat dominan pengaruhnya bagi stamina padi. Silakan buktikan,” kata praktisi pertanian itu.
Saat umur 15 HST (hari setelah tanam), kata Rahmadi, semprotkan Hormax tiga kali dengan interval waktu dua minggu pada tanaman. Caranya, 5 tutup botol Hormax dicampur 17 liter air dalam sprayer. Lalu, umur 35 HST, gunakan campuran dua liter Organox dan satu liter Bio-Extrim per hektar. Caranya, 10 tutup botol Organox dan 5 tutup botol Bio-Extrim dicampur 17 liter air pada sprayer dan semprotkan larutan itu ke lahan.
Selain pupuk hayati, organik, dan fitohormon, Rahmadi tetap menggunakan pupuk kimia anorganik dengan dosis 50 persen dari biasanya. Yaitu, urea 125 kg dan NPK Phonska 75 kg. Dengan perlakuan itu, padi di lahan keluarganya, tahan penggerek batang dan blast. “Pertanaman yang kami kelola tahan terhadap kedua organisme pengganggu tanaman (OPT) itu,” katanya.
Sementara di lahan BBI, karena ganasnya serangan tungro, penanaman diulangi dua kali. “Telah kami buktikan, aplikasi Organox, Bio-Extrim, dan Hormax, dapat menekan intensitas serangan tungro (wereng hijau),” lanjut dia.
Wiwit Herwanto, SP, 35, petani di Desa Singojuru, Kec. Sanggon, Banyuwangi, Jatim, juga mengaplikasikan kombinasi Organox, Bio-Extrim, dan Hormax pada padi varietas Inpari 13, Gondoyudo, dan Sintanur pada lahan satu hektar. Berbeda dengan Rahmadi, Wiwit hanya menggunakan jerami untuk memperbaiki kesuburan lahannya.
Punya Antibodi
Agar hemat, menurut Wiwit, 4 liter Bio-Extrim dicampur 4 liter air kelapa muda, satu liter air bonggol pisang (diparut dan diambil airnya), dan 10 liter susu sapi untuk satu hektar sawah. Campuran ini difermentasi anaerob tiga hari tiga malam, lalu semprot ke lahan sawah yang terkena wereng setiap 5 hari. “Sebetulnya, wereng tetap menyerang, tetapi padi sudah punya antibodi sehingga tahan serangan virus yang dibawa wereng,” tuturnya.
Di samping tetap menggunakan NPK 37 kg per hektar, untuk mengatasi hama dan penyakit, Wiwit memanfaatkan pestisida alami, seperti daun tembakau, daun sirsak, dan cabai yang dilarutkan dengan Organox dan Hormax. Khusus Sintanur, yang rentan wereng, masih diaplikasi pestisida kimia seperti Curbix dan Baycarb dari Bayer CropScience Indonesia.
Nawawi, 70, petani padi di Mekarjaya, Kec. Jabung, Lampung Timur, juga mengaplikasikan Organox, Bio-Extrim, dan Hormax. Ia juga menggunakan NPK dengan dosis 50 persen dari lazimnya. Selain pengisiannya bagus, padi di lahan seperempat hektar, tidak terserang wereng. “Penggunaan (produk) ini bagus. Satu tangkai berisi semua. Wereng nggak ada,” kata Nawawi melalui telepon, seraya menambahkan, Organox disemprotkan saat padi mulai bunting.
Selain menaikkan produksi, kombinasi penggunaan Organox, Bio-Extrim, dan Hormax, itu, menurut Wayan, dapat meningkatkan daya tahan tanaman. Imunomodulator itu seperti imunisasi. Sampai hari ini, virus itu belum ada obatnya, maka perlu dilakukan imunisasi. “Seperti orang yang sudah divaksin polio. Ketika ada serangan polio, dia aman dari polio karena sudah divaksin,” kata Wayan. Begitu juga padi yang divaksin dengan imunomodulator, yang diproduksi Bacillus sp, sehingga tahan terhadap wereng.
Syatrya Utama, Ratna Budi Wulandari