Sabtu, 26 Nopember 2011

Pindang Dukung Peningkatan Konsumsi Ikan

Pemerintah berupaya meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan nelayan dengan melakukan berbagai program penguatan nilai tambah dalam usaha perikanan melalui program industrialisasi perikanan bagi industri kecil menegah. Sehingga kualitas dan daya saing nelayan dan pembudidaya serta pengolah ikan bisa meningkat yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

 

Men KP Syarif Cicip Soetardjo berbincang Ridla Kurnia salah satu pelaku usaha pindang bandeng dari Surabaya. foto : Tri Mardi Rasa

Ikan sudah dikenal sebagai salah satu sumber pangan dan gizi bagi masyarakat karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi seperti, protein, omega 3 dan omega 6, serta vitamin. “Meski manfaatnya banyak, tapi tingkat konsumsi masyarakat masih rendah,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Soetardjo pada pembukaan Pasar Rakyat dan Festival Pindang Ikan Nusantara di Wisma Aldiron, Jakarta, Kamis, (26/11).

Dari data 2010 tercatat hanya 30 kg/kapita/tahun atau masih dibawah tingkat konsumsi pangan harapan yang seharusnya, sebesar 31 kg/kapita/tahun. Seperti pola konsumsi perikanan masyarakat di Pulau Jawa yang hanya 25 kg, sedangkan masyarakat di daerah lain sudah di atas 40 kg. “Kondisi ini, saya memadang pentingnya upaya pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan yang menjadi salah satu indikator kinerja Kemeterian Kelautan dan Perikanan (KKP),” jelasnya.

Sharif mengatakan, terkait dengan tema kali ini yang mengangkat pindang karena pindang adalah olahan ikan yang khas dari Indonesia dan hanya bisa ditemui di Indonesia. Kelezatan masakan terletak pada kelembutan tekstur daging ikan. Namun pindang ikan masih belum memiliki citra yang baik dari masyarakat karena masih dianggap sebagai konsumsi sebagain besar masyarakat kelas menengah ke bawah.

Saya berharap produk olahan pindang ikan ini bisa mendukung upaya peningkatan konsumsi ikan dalam negeri,” katanya.

Pindang Ikan Bisa di Ekspor

 

Men KP Syarif Cicip Soetardjo bersama Dirjen P2HP Victor Nikijuluw (pakaian batik kiri) mengunjungi salah satu gerai pameran produk pindang ikan di Festival Pindang Ikan Nusantara 2011 di Jakarta. foto : Tri Mardi Rasa

Sementara itu, Drjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Victor Nikijuluw, pemerintah terus melakukan promosi seperti pasar rakyat dan festival kali ini untuk meningkatkan konsumsi masyarakat. ”Kita ingin ikan pindang ini tidak hanya dimakan oleh masyarakat menengah ke bawah saja tapi juga masyarakat kelas atas,” tambahnya.

Victor berharap, ikan pindang juga seperti ikan-ikan lainnya yang bisa masuk kepasar retail modern dan kelas yang lebih tinggi. Sedangkan brandingnya harus bagus dan ini juga menjadi program termasuk packaging-nya. ”Yang penting juga dalam olahan pindang ini adalah kualitas produknya,” tambahnya.

Pasarnya sendiri, tambah Victor, ingin di ekspor ke Malaysia karena di negara tersebut banyak orang Indonesia juga, pindang ikan ini juga menjadi bagian dari menu haji sehingga bisa di ekspor ke Arab Saudi dan targetnya ini untuk 2012. ”Lobi kita sudah dilakukan, sehingga nantinya orang yang pergi haji bisa membawa pindang yang sudah di-packaging dengan bagus. Namun, hingga saat ini belum ada pengusaha besar yang mau melirik olahan ini, dan baru pengusaha kecil dan menegah saja,” imbuh Victor.

Victor menambahkan, acara kali ini merupakan gerakan masal atau gerakan masyarakat untuk meningkatkan konsumsi makan ikan terus di dukung oleh KKP. Oleh karena itu akhir tahun ini pemerintah juga membagikan secara cuma-cuma 150 kendaraan box roda tiga, 22 mobil berpendingin sebagai pendukung rantai pendingin kepada kelompok pelaku usaha perikanan di Jawa dan 13 mobil pintar tentang peikanan. ”Konsentrasi peningkatan konsumsi ikan ini di Pulau Jawa karena di luar Pulau Jawa,” tandas Victor.

Butuh 19.500 ton Untuk Pindang Ikan

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pindang Ikan Indonesia (Appikando) Ef Hamidy, produk ikan pindang perlu mendapatkan apresiasi yang lebih besar. Karena olahan ikan laut ini adalah murni produk Indonesia. Terlebih hampir seluruh industri pengolahan pindang adalah usaha kecil menengah.

Hamidy mengatakan, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh pengusaha pindang ikan ini antara lain terjadinya fluktuasi bahan baku dari sisi harga dan kuantitas, belum adanya standar baku proses pengolahan pindang, serta jenis produk yang belum beragam. 

Dari data 2011 ini, jumlah pemindang ikan di Indonesia mencapai 65 ribu orang yang tersebar di Pulau Jawa NTB, Sumatera Utara dan juga Bali. Jika produksi pindang rata-rata per hari per orang 10 kg maka dibutuhkan sekitar 650 ribu kg (650 ton) ikan per hari atau 19.500 ikan per bulan. “Angka yang cukup besar jika di lihat dari sektor usaha ekonomi rakyat dan pembukaan lapangan kerja,” katanya.

Hamidy berharap, ke depan pengolahan pindang bisa lebih ditingkatkan. “Sebab, selama ini proses produksinya masih dilakukan secara tradisional dan kurang efektif. Selain itu juga pindang yang dihasilkan harus lebih baik dan lebih higienis,”pungkasnya.

Tri Mardi Rasa

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain