Senin, 21 Nopember 2011

LIPUTAN KHUSUS : Tanaman Sehat, Produksi Meningkat

Perlindungan tanaman memang tidak secara langsung mempengaruhi peningkatan produksi. Namun, potensi genetik tanaman akan muncul dengan optimal.

Ketergantungan masyarakat Indonesia akan beras masih sangat tinggi. Data dari Ditjen Tanaman Pangan, Kementan, menunjukkan, saat ini 95 persen penduduk menjadikan beras sebagai makanan pokok. Konsumsi beras kita merupakan yang tertinggi di dunia, yaitu 139 kg per kapita per tahun.

Kebutuhan beras yang tinggi itu menuntut Indonesia untuk mampu berswasembada beras secara berkelanjutan. Target tersebut pun meningkat, dari swasembada menjadi surplus beras nasional. Rapat Koordinasi Pangan 7 September 2011 di bawah koordinasi Menko Perekonomian menetapkan percepatan surplus beras 10 juta ton pada 2014.

Sementara, kondisi di lapangan justru menunjukkan sebaliknya. Angka Ramalan (ARAM) III Badan Pusat Statistik yang dilansir 1 November lalu menunjukkan produksi padi nasional sebesar 65,39 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah tersebut turun sebanyak 1,08 juta ton atau 1,63 persen dibandingkan capaian 2010. Ir. Rahman Pinem, MM, menyatakan, penurunan tersebut disebabkan oleh banyak faktor. “Salah satunya kondisi alam yang sulit diprediksi. Faktor alam, ini ‘kan sulit,” kata Direktur Budidaya Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan itu.

Peningkatan OPT

Perubahan iklim ikut mempengaruhi peningkatan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Menurut Jarot Warseno, Senior Crop Manager Rice Bayer CropScience Indonesia, saat ini di beberapa lokasi, hama utama yang meresahkan petani dapat digolongkan dalam tiga besar. ”Tikus, wereng, dan penggerek batang. Tiga besar selalu itu,” ujarnya.

Munculnya tiga besar hama tersebut, tambah Jarot, sebenarnya tidak bisa diprediksi. “Seperti wereng misalnya, kalau lagi nggak ada, ya nggak ada. Kalau lagi banyak ya banyak. Tapi kalau dari cuaca, kalau hujan di musim panas, atau kondisi kelembapan tinggi, itu berkembang biaknya cepat,” katanya. Sementara hama penggerek batang padi relatif selalu ada pada setiap musim tanam.

Dari sisi serangan penyakit, kresek atau hawar daun bakteri dan blast menjadi penyakit yang mengkhawatirkan petani. Kresek yang disebabkan bakteri Xanthomonas campestris ini menyerang hampir di seluruh areal tanaman padi. Sedangkan blast, dapat ditemukan di lahan padi yang miskin hara dan daerah dengan kelembapan tinggi.

“Ada juga kerdil rumput dan kerdil hampa. Karena virusnya ‘kan dibawa oleh wereng. Kerdil hampa dibawa oleh wereng batang cokelat, bisa sampai ke tahap generatif, tapi tidak menghasilkan gabah. Kalaupun menghasilkan, pasti cacat. Kalau kerdil rumput, memang (bulirnya) tidak berisi sejak awal,” terang Hery Sugiono, Crop Specialist for Rice Herbicide and Fungicide Bayer CropScience Indonesia.

Paket Pengendalian

Penggunaan pestisida telah lama dikenal petani. Namun, untuk hasil yang lebih optimal, hendaknya pengendalian OPT dilakukan secara terpadu dan intensif. Menurut Marketing Intelligent CV Saprotan Utama Sriyono Hadi, teknologi pestisida yang dibutuhkan adalah yang spesifik sesuai hama yang menyerang, ramah lingkungan, dan harga beli yang terjangkau.

Sriyono mencontohkan, “Kendalikan wereng batang cokelat dengan Avidor 25WP yang efikasinya baik, tepat sasaran, dan harganya sangat terjangkau oleh petani.” Selain itu, untuk penggerek batang padi, ia merekomendasikan Jordan 5G. Insektisida butiran ini dapat diaplikasikan bersama pemupukan pertama pada 10-15 hari setelah tanam (HST) untuk mengendalikan sundep, dan pemupukan kedua pada 35-40 HST untuk mengendalikan beluk.

Sementara, Jarot menitikberatkan pada pengendalian jangka panjang untuk wereng agar tidak terjadi resistensi hama. “Kalau serangannya ringan, cukup pakai Confidor dan Baycarb,” sarannya. Baycarb yang merupakan racun kontak lebih disukai petani karena kemampuan membunuhnya tinggi. Sementara Confidor bekerja secara kontak dan sistemik untuk memberi efek jangka panjang.

Jika serangan wereng sudah cukup parah, pestisida yang direkomendasikan berupa Curbix dan Baycarb. Kembali keduanya merupakan kombinasi insektisida sistemik dan kontak. “Kalau (pengendalian) wereng, kembali ke pengamatan. Dua kali aplikasi sebenarnya sudah bersih. Selang tiga minggu untuk serangan rendah, dan seminggu untuk serangan tinggi,” papar Jarot.

Sementara dalam pengendalian tikus, Jarot menyarankan penggunan Racumin sebagai umpan, digabungkan dengan pengendalian lain seperti penanaman serempak dan gropyokan.

Tidak hanya hama dan penyakit, pengendalian gulma pun penting dalam budidaya padi. Banyaknya gulma di lahan menciptakan kondisi lembap serta persaingan penyerapan unsur hara antara padi dan gulma. Sawah yang digenangi air memang efektif dalam menekan jumlah gulma daun sempit tetapi berdampak memicu munculnya gulma berdaun lebar.

Jarot pun menyarankan, “Lihat stadia gulmanya. kalau masih belum muncul (pre emergence), kita pakai Raft. Untuk early stage (tanaman muda), kita pakai Sunrice. Sedangkan tahapan gulma dewasa dikendalikan dengan Ronstar, Ronstar ekstra, dan Rumpas. Itu bersih semua.” Pengendalian gulma secara manual pun tidak perlu dilakukan apabila pengelolaan air di lahan baik dengan pemilihan herbisida yang tepat.

Pengaruh Produksi

Pengendalian hama dan penyakit memang tidak secara langsung menjadi solusi peningkatan produksi padi. Dalam hal ini, pestisida berperan dalam melindungi padi dari serangan OPT sehingga potensi produksi padi itu akan muncul. Pengendalian dengan pestisida pun perlu diiringi perlakuan budidaya yang baik.

Asumsinya, “Dengan pengolahan tanah yang baik, penggunaan varietas yang baik, tidak ada hama, penyakit, otomatis potensinya akan muncul. Karena secara genetik ‘kan begitu. Tapi itu ‘kan tidak mungkin di lapangan. Di sinilah peranan pestisida, (hama penyakit) jadi terkendali,” tukas Jarot.

Penggunaan pestisida secara bijak penting diperhatikan. Sriyono menambahkan, “Kami selalu menganjurkan kepada petani untuk menggunajan pestisida secara bijaksana. Pengaruh efikasi pestisida terhadap hasil panen yang jelas akan mampu mengurangi resiko gagal panen akibat serangan hama penyakit.”

Renda Diennazola, Untung Jaya

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain