Pertumbuhan penduduk di Indonesia dalam sepuluh tahun ke depan akan mengalami peningkatan dari saat ini 240 juta jiwa akan bertambah menjadi 300 juta jiwa. Maka secara otomatis kebutuhan akan pangan juga akan meningkat. Untuk itu Perusahaan multinasional Syngenta mengeluarkan inovasi terbaru pada tanaman padi yang dapat meningkatkan hasil panen dan produksi padi berkualitas melalui integrasi antara teknologi dan budidaya tanaman.
“Hasilnya terbukti dapat meningkatkan produksi padi hingga dua sampai tiga kali lipat. Salah satunya peningkatkan produksi padi yang tadinya 3,5 ton per hektar menjadi 5 ton per hektar. Bahkan ada petani di Subang, Jawa Barat yang menghasilkan 10 ton per hektar, itu adalah salah satu bukti, teknologi dapat meningkatkan produksi” kata Presiden Direktur PT Syngenta Indonesia Lim Jung Lee dalam acara Expo Syngenta di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Selasa (1/11).
Maka, lanjut Lim, jika untuk meningkatkan produksi pangan secara nasional diperlukan kerjasama antara pemerintah, swasta dan petani. Dalam hal ini Syngenta akan membantu dalam meningkatkan produksi melalui inovasi terbaru dengan teknologi dan budidaya tanaman yang disesuaikan dengan tahapan tanaman padi. “Sebab Padi itu sendiri adalah tanaman yang membutuhkan perlakuan khusus berdasarkan tahapan tanamanya dengan memahami situasi ini maka petani dapat memaksimalkan hasil dan kualitas panennya,” jelas Lim.
Sudarmanto, Head of Rice Syngenta Indonesia menambahkan, sebenarnya metode yang ditawarkan cukup sederhana. Setidaknya empat fase pada proses tanam padi, yakni pembibitan, vegetatif, bunting tanam dan masa pematangan. Pada masa itu, tanaman sudah mulai keluar bunga, fase pengisian dan pemasakan gabah tengah berlangsung.
“Maka untuk itu saya meminta kepada pihak petani untuk lebih aware terhadap pengendalian hama dan pemberian input dengan dosis terukur. Dengan begitu potensi produksi gabah yang dihasilkan minimal bertambah 1,6 ton dari rerata produksi petani saat ini sebesar 4,7 ton per ha,” jelas Sudarmanto.
Maka dengan perlakuan petani untuk lebih aware terhadap pengendalian hama tanaman padi pun akan terbebas dari serangan hama seperti Alfian Handoko, petani dari Dusun Kebon Kentang, Subang, Jawa Barat.
Alfian menjelaskan, dia memperoleh informasi dari internet guna memilih inovasi berkenaan pemilihan benih sekaligus obat yang tepat untuk pengendalian hama. Karena anomali iklim, dapat memicu serangan hama wereng coklat secara cepat serta dapat merusak tanaman padi. Namun dengan dibantu oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dari Syngenta serta melakukan budidaya tanaman yang disesuaikan dengan tahapan tanaman padi maka hasilnya tanaman akan terhidar dari hama.
“Meski hasil panen cuma 4,5 ton per hektare (ha), itu lebih baik. Sebab, mayoritas lahan pertanian di daerah saya mengalami puso dan gagal panen. Kalau pun ada hanya bisa panen 1 ton per ha,” kata Alfian.
Disisi lain saat ini petani sedang dihadapkan dengan permasalahan yang semakin beragam dimana diperlukan pendekatan baru yang lebih terintegrasi. “Untuk permasalah tesebut kami mempunyai kemampuan untuk memberikan solusi tersebut dengan pengalaman dan kemampuan dibidang perlindungan tanaman. Dengan teknologi ini seperti pembasmi hama penyakit dan lainnya akan dapat meningkatkan produksi padi dan terhindar dari gagal panen,” saran Lim.
Yuwono Ibnu Nugroho