Menuju 10 tahun ke depan, industri pakan ternak butuh 10 juta ton jagung per tahun. Bisakah terpenuhi jika kebutuhan 5,5 juta ton saat ini saja perlu impor 2,5 juta ton?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan diprediksi mencapai double digit (di atas 10 persen). Tentu pendapatan perkapita masyarakat juga bakal meningkat. Ekonomi Indonesia yang kini tumbuh 6,5 persen, konsumsi daging ayamnya baru 7 kg per kapita per tahun. Saat double digit nanti, dipastikan konsumsi daging ayam meningkat.
Permintaan terhadap daging ayam yang menanjak mutlak diikuti peningkatan konsumsi pakan. Jelas, peningkatan kebutuhan pakan menuntut pemenuhan jagung sebagai bahan baku utama (51 persen). Saat ini kebutuhan jagung bagi industri pakan ternak, 5,5 juta ton, baru dipenuhi setengahnya.
Komoditas Makin Penting
Selain untuk pakan, jagung semakin penting sebab diolah menjadi bioetanol. Akibatnya, permintaan jagung makin tinggi. Hal ini mendorong kenaikan harga jagung dunia yang diikuti harga jagung lokal. Lima tahun terakhir ini harga jagung lokal berfluktuasi dari Rp2.100 hingga Rp3.500 per kg.
Menurut Departemen Pertanian Amerika, tahun ini total produksi jagung dunia 860,52 juta ton sedangkan arus importasinya 90,61 juta ton. China, Brasil, dan negara-negara Asia Tenggara misalnya, mengimpor jagung masing-masing sebesar 2; 1; 9,2 juta ton.
Lantaran itu, FX Sudirman, Ketua Asosiasi Produsen Pakan Ternak dan Akuakultur Indonesia (GPMT) menilai, Indonesia punya kepentingan untuk mengembangkan pertanian jagung. ”Karena selama impor, kita nggak bisa kompetisi,” tegasnya.
Menyebar Luas
Dilihat secara agregat, produksi jagung nasional terus meningkat. Sayangnya, angka impor ikut meninggi. Apa yang salah? ”Ngawur angka (produksi)-nya,” ujar Sudirman. Menurut Sudirman, stok jagung itu tidak ada. ”Tunjukin aja di mana, akan kita beli. Memang siapa sih pabrik pakan yang mau impor kalau dari lokal ada,” cetusnya.
Produksi jagung nasional menurut ARAM (Angka Ramalan) II 2011 mencapai 17,39 juta ton. Namun, Direktur Sierad Produce ini menaksir, produksi jagung nasional berkisar 6 juta-7 juta ton saja. Kosongnya stok jagung, lanjut dia, karena pengaruh cuaca dan konversi komoditas dari jagung ke singkong. Pabrik pakan di Lampung sampai harus mendatangkan jagung dari Pulau Jawa. ”Dulu Lampung kirim jagung ke Jabar, Balaraja (Banten), sekarang nggak ada. Kebalikannya,” ceritanya.
Padahal, menurut Bihikmi Sofyan, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, konversi lahan jagung yang terjadi di wilayahnya hanya 9 persen. ”Pada 2010 luas panen kita itu 447.509 ha. Di ARAM II ini 406.246 ha,” terangnya. Sedangkan produksinya 2,12 juta ton (2010) berkurang menjadi 1,92 juta ton (ARAM II 2011). Lahan jagung beralih menjadi lahan singkong karena tingginya harga jual singkong dan budidayanya tidak serewel jagung.
Sementara itu, Udhoro Kasih Anggoro, Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, menjelaskan stok jagung ada tapi menyebar luas di seluruh Indonesia. “Collecting (pengumpulan) itu bukan persoalan gampang. Pengusaha itu masuk dasarnya adalah jumlah volume per satuan alat angkut dan sebagainya,” ujarnya.
Gandeng Mitra
Menjawab masalah itu, Udhoro mengajak industri pakan ternak untuk bermitra. Pemerintah sudah menyediakan lahan seluas 300 ribu ha di Sumbar dan 500 ribu ha di Sultra. BUMN pun ikut menggalakkan Program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) untuk meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai. BUMN yang terlibat dalam GP3K jagung di antaranya PT Sang Hyang Seri, Perum Perhutani, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII.
Di area Jateng, Perum Perhutani menyiapkan 20.227 ha dengan target produksi sebesar 101.139 ton jagung gelondong. Sedangkan PTPN XII menyiapkan lahan di Banyuwangi, Jember, dan Kediri. “Kita sudah menanam seluas 1.000 ha untuk jagung konsumsi, produksinya 4.000 ton pipilan kering. Untuk jagung benih kita sudah menanam 157,5 ha, produksinya 315 ton pipilan kering,” ucap Yus Martin, Kepala Bagian Budidaya Kayu dan Tanaman Musim PTPN XII kepada AGRINA.
Selain menopang produksi, bertanam jagung juga mendongkrak laba. PTPN XII contohnya, sukses meraup Rp2,5 miliar (3 persen laba usaha lain) dari bertanam jagung. Dengan bergabungnya BUMN, banyak pihak optimistis produksi jagung bisa ditingkatkan dan pada akhirnya akan menekan impor.
Benih Melimpah
Bisnis jagung yang makin bergairah mendorong bisnis benih hibrida terkerek. Sejak 2006, porsi penggunaan benih hibrida kian meningkat, dari 30 persen menjadi 69 persen (2010). Sisanya, 31 persen petani masih menggunakan benih komposit hasil pertanamannya.
Bambang Budhiono, Direktur Benih Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan, menilai, ketersediaan benih jagung relatif baik dibandingkan benih padi. Salah satu pemain benih, PT Bisi Internasional, Tbk, bahkan mengaku sanggup memasok 10 ribu-13 ribu ton benih per tahun. Tak hanya itu, benih jagung keluaran Monsanto Indonesia misalnya, menurut Herry Kristanto, Corporate Affairs Lead Monsanto Indonesia, sudah tembus pasar Thailand dan Vietnam.
Gairah bisnis ini melecut perusahaan benih berlomba-lomba merilis varietas unggul baru. Jadi, petani tak perlu takut kekurangan benih unggul karena pilihan bagi mereka melimpah. Sebut saja BISI2, BISI12, DK979, DK77, Bima2, Bima3, P21, P4, P12, SHS04, SHS11, dan SHS12.
BISI2, menurut Doddy Wiratmoko, Market Development PT Bisi International Tbk misalnya, mempunyai kualitas hasil dan daya tahan lingkungan yang sangat baik, jagungnya bisa disimpan dalam waktu lama. BISI12 diklaim tahan terhadap penyakit bulai. DK979 dan DK77 dari Monsanto disukai petani karena performa vegetatifnya sangat baik, potensi hasil mencapai 12 ton per ha, dan toleran bulai. Batang dan daun jagungnya diminati industri pakan ternak rumahan.
Bima2 dan Bima3 milik CV Saprotan Utama menyimpan potensi hasil tinggi, toleran bulai, dan warna oranye cerahnya disukai petani juga pabrik pakan. P12 produksi Dupont Indonesia secara genetis tahan terhadap bulai dan hasil panen riilnya 7,6 ton. P4 efektif menangkis serangan bulai dan karat daun. P21 hasil panen riilnya 8,3 ton.
Selain itu, ada benih jagung yang baru rilis, seperti DK85, DK95, Bima15 Sayang, Bima14 Batara, Bima12Q dan Bima13Q. DK85 tahan terhadap bulai, potensi hasilnya 11,9 ton. DK 95 potensi hasilnya 10,6 ton per ha, tahan terhadap bulai, penyakit hawar daun, dan busuk tongkol. Bima15 Sayang potensi hasilnya 13,2 ton dan agak tahan terhadap bulai. Bima14 Batara memberikan potensi hasil 12,9 ton dan tahan bulai. Sedangkan Bima12Q dan Bima13Q potensi hasilnya 9,3 dan 9,8 ton tapi kaya protein lisin dan triptofan.
Windi Listianingsih, Syatrya Utama, Yuwono IN, Indah RP (Surabaya)