Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan model pengembangan minapolitan perikanan tangkap. Pasalnya, pelabuhan ini memiliki akses pendukung dari mulai kebutuhan nelayan tangkap hingga pabrik pengolahan ikan. Hal itu mengemuka dalam kunjungan wartawan untuk melihat persiapan Pemda Belitung dalam acara Sail Wakatobi Belitong 2011 di PPN Tanjungpandan, Tanjungpandan, Belitung, Bangka Belitung, Sabtu, (1/10 ).
Direktur Pelabuhan Ditjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, Marwoto mengatakan, pihaknya sudah menetapkan PPN Tanjungpandan sebagai salah satu kawasan minapolitan perikanan tangkap. Karena kawasan ini dinilai lebih mudah dikembangkan mengingat sudah ada pelaku hulu dan hilir yang terpadu di kawasan yang sama.
"Tidak ada kesulitan bagi kita untuk meyakinkan pelaku hilir untuk membangun pabrik-pabrik pengolahan untuk mendukung kawasan ini sebagai kawasan perikanan terpadu karena sudah ada pelakunya,” jelas Marwoto
Dengan kondisi yang ada tersebut, Marwoto menargetkan untuk produksi hulu dan pengolahannya di minapolitan Tanjungpandan ini bisa menjangkau pasar ekspor dan pasar local. “Di sini sudah ada beberapa investor dari Hongkong dan China untuk membangun pengolahan hasil kelautan,” katanya.
Salah satu di antara investor yang sudah mengembangkan usaha di kawasan ini adalah PT Green Gold Group. Perusahaan ini bergerak dalam pengolahan rumput laut yang banyak dihasilkan di daerah belitung dan memliki kualitas yang bagus dibandingkan daerah lain.
Saat ini, di PPN Tanjungpandan terdapat 23 perusahaan yang
bergerak di bidang perikanan bergerak sebagai eksportir, pengolahan ikan,
penampungan ikan, gudang perikanan, pabrik es, dan bengkel serta jasa
perantara.
Sesui Konsep Minapolitan
Sementara itu Kepala PPN Tanjungpandan Sutardjo mengatakan, kawasan PPN sangat sesuai dengan konsep minapolitan yang dikembangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sebab Areal ini memiliki armada ikan tangkap dan pabrik pengolahan. Nelayan perikanan tangkap memanfaatkan kawasan ini untuk menjual hasil tangkapannya ke pabrik-pabrik pengolahan yang ada di PPN.
“Penyatuan pengembangan perikanan di kawasan PPN Tanjungpandan mendapat dukung pelaku hulu dan industri hilirnya,” tambahnya. Nelayan lebih senang menjual ikannya di pabrik pengolahan di kawasan ini karena jaraknya lebih dekat.
Tarmuji salah satu nelayan mengatakan, biasanya kalau di jual di pengolahan selain cepat uang yang didapat pun lebih cepat dari padi kita harus menjual ke daerah lain seperti ke Bangka atau Palembang dengan menjual ke pedagang perantara. “Paling ikan yang tidak diterima oleh pabrik atau ikan tangkapan yang tidak dipesan oleh pabrik saja yang dijual ke perantara ini,” katanya.
Tapi, tambah Tarmuji, juga ada pedagang local yang menjual untuk kebutuhan pasar di Belitung, seperti rumah makan dan hotel. Namun kebutuhan untuk rumah makan di Belitung tidak sebanyak kebutuhan pabrik pengolahan dan jenis ikanya tentu berbeda juga. “Ikan apa saja pasti bisa dijual, tapi untuk pabrik pasti jenis tertentu dan ukuran tertentu,” katanya.
Sutardjo menambahkan, perputaran uang yang ada di pelabuhan ini per hari mencapai Rp. 2.887.688.000,-, sedangkan jumlah nelayan mencapai 1146 orang. Untuk Ikan yang dominan didaratkan di PPN Tanjungpandan adalah ikan ekor kuning, tenggiri, kakap merah, cumi-cumi dan tongkol como. Data 2010, untuk ekor kuning sebanyak 516 ton, tenggiri 486 ton, kakap merah 287 ton, cumi-cumi 277 ton dan tongkol como 107 ton.
Tri Mardi Rasa