Senin, 12 September 2011

LIPUTAN KHUSUS : Perawatan Tepat Produksi Bawang Meningkat

Tantangan budidaya bawang merah adalah rendahnya produksi akibat gangguan hama-penyakit  yang menyerang sejak mulai tanam hingga panen. 

Serangan cendawan Peronospora destructor yang menyebabkan penyakit busuk daun dan ulat grayak (Spodoptera exigua) selalu meresahkan petani bawang merah di hampir seluruh sentra bawang merah Jawa Timur. Berbagai fungisida dan insektisida sudah dicoba petani, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Demikian juga yang dialami Asto Fauzy, anggota Kelompok Tani Suka Jaya, di Desa Meranggan Lawang, Kec. Dringgu, Kab. Probolinggo, Jawa Timur.

Dulu saya pakai bermacam produk lain tapi daunnya tetap kena busuk daun (lonyot), kurang ampuh begitu. Tapi sejak menggunakan Rampage 100 EC dan CabrioTop 60 WG hasilnya lebih bagus dan bisa terlihat langsung. Kalau tidak pakai Rampage dan CabrioTop, saya bisa tidak panen. Di sini musim hujan banyak penyakit busuk daun dan  musim kemarau seperti sekarang banyak serangan ulat. Selain itu, CabrioTop bisa dipakai untuk perawatan tanaman karena bahan aktifnya pyraclostrobin dapat meningkatkan kesehatan tanaman,” ungkap Arto Fauzy.

Efek kesehatan tanaman (plant health) CabrioTop 60 WG lebih dominan pada musim kemarau saat serangan penyakit bawang merah biasanya berkurang. Bahan aktif pyraclostrobin dapat mengurangi stres tanaman bawang merah akibat tekanan cuaca yang ekstrem panas. Tanaman akan tampak tumbuh tegak (antirebah), umbinya lebih keras,  dan berwarna merah cerah.

Tertutupi Peningkatan Hasil

Asto Fauzy yang bertanam bawang lebih dari 15 tahun ini mengaku menggunakan Rampage 100 EC dan CabrioTop 60 WG  sejak awal dikenalkan. ”Saya pakai produk ini  sejak pertama diperkenalkan. Dibandingkan produk lain, Rampage dan CabrioTop lebih manjur. Saya pakai Rampage untuk mengatasi ulat. Dan mengatasi cendawan, baik pada musim hujan maupun kemarau pakai CabrioTop 60 WG. Syukur belakangan ini serangannya sudah menurun drastis,” kenang bapak satu anak ini.

Dalam satu tahun, Asto menanam bawang dua kali hanya diselang padi. Ia mengakui tidak memberikan perlakuan khusus, hanya tanah diolah, dikeringkan lalu ditanami.  Pupuk yang biasa digunakannya Urea, ZA, KCl, dan Phonska.

Dalam mengaplikasikan CabrioTop 60 WG, Asto mengikuti anjuran produsen. ”Musim kemarau saya juga pakai CabrioTop untuk kesehatan tanaman bawang merah, tapi tidak serutin seperti pada musim hujan. Kalau musim hujan selang satu hari disemprot. Pada musim hujan dosisnya dua sendok (20 gram) per tangki 17 l. Penyemprotan dilakukan pagi. Penyemprotan mulai umur 15 hari hingga 45 hari, 5 hari menjelang panen tidak usah disemprot lagi. Kalau musim kemarau, aplikasi CabriTop dilakukan seminggu sekali dengan dosis 1,5 sendok per tangki 17 l sampai umur panen,” jelasnya. Selain itu, aplikasi Rampage 100 EC dan CabrioTop 60 WG pada tanaman bawang dapat menghemat tambahan biaya untuk membeli jaring guna mengatasi serangan hama.

Menurut Asto, biaya produksi untuk satu hektar tanaman bawang merah di daerahnya mencapai Rp30 juta. “Total biaya produksi Rp30 juta per ha. Tapi jika harga bawang sekarang Rp8.000 per kg, produksinya 20 ton per ha sudah memperoleh Rp160 juta. Sisa hasil usaha lebih dari 100 persen dalam kurun waktu dua bulan,” urainya. Biaya tersebut sudah termasuk untuk pembelian pupuk, herbisida, fungisida, dan insektisida maupun untuk biaya pengolahan tanah dan biaya tenaga kerja dari pembibitan hingga panen.

Indah Retno Palupi (Surabaya)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain