Pentingnya pengawasan yang ketat sumber pasokan daging sapi untuk pasar umum, khusus, dan industri.
Menteri Pertanian Suswono merasa optimistis swasembada daging sapi (pasokan impor maksimal 10 persen dari kebutuhan daging sapi nasional) pada 2014 tercapai. “(Tahun) 2014, kuota impor (sapi bakalan untuk digemukkan dan daging impor) sekitar 10 persen dari (kebutuhan daging sapi nasional),” kata Suswono, kepada pers beberapa waktu lalu.
Menteri menyatakan hal itu setelah mendapat hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilakukan Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik. Menurut PSPK yang mencakup 33 provinsi, 497 kabupaten atau kota, 6.699 kecamatan, dan 77.548 desa atau kelurahan itu, populasi sapi potong 14,8 juta ekor, yang terdiri dari sapi jantan 4,7 juta ekor (32 persen) dan betina 10,1 juta ekor (68 persen).
Bertimbang ke Kebijakan Lama
Namun hitungan Thomas Sembiring, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Daging Indonesia (Aspidi), kita belum bisa mengurangi impor. Dari populasi sapi jantan, yang dewasa (di atas dua tahun) dan siap potong sekitar 1,5 juta ekor. Dengan bobot daging 180 kg per ekor, daging yang dihasilkan sekitar 270 ribu ton. Padahal, kebutuhan daging sapi tahun ini 424 ribu ton. Berarti masih ada kekurangan pasokan daging sapi 154 ribu ton, yang harus ditutupi dari impor sapi bakalan yang digemukkan dan dari impor daging sapi.
Drh. H. Soehadji, Dirjen Peternakan, periode 1988–1996, sependapat dengan Thomas. “Jika Menteri Pertanian mengatakan, dengan populasi itu dapat melakukan swasembada daging sapi, (berarti) itu ada unsur muatan politis,” komentar Ketua Dewan Daging Sapi Nasional itu.
Untuk mengatur perimbangan pasokan daging sapi dari dalam negeri dan impor, menurut Soehadji, dibuat ketentuan bahwa peternakan rakyat sebagai tulang punggung pasokan daging sapi, penggemukan sapi impor bakalan sebagai pendukung, dan impor daging sebagai penyambung. Selain itu, diatur pula kuota impor untuk perusahaan berskala kecil dan baru berusaha selama satu tahun, misalnya, tidak akan menjatah sebesar perusahaan beskala besar yang sudah lama berusaha. “Ini untuk mengurangi human error,” jelasnya.
Kenyataannya, menurut Soehadji, sekarang ini peternak rakyat tidak lagi menjadi tulang punggung pemasok daging sapi nasional. Selain itu, sistem pemberian impor tidak lagi mengacu kepada skala usaha dan lama berusaha. “Akibatnya, sebagian pihak leluasa ‘bermain’ dalam importasi sapi (bakalan) dan daging. Dan, lihat sendiri, masalah daging sapi jadi geger seperti akhir-akhir ini karena sistem kontrol tadi ditiadakan,” tukasnya.
Pasar daging sapi ini terbagi tiga, yaitu pasar umum (masyarakat), khusus (hotel, restoran, dan supermarket), dan industri. Menurut Soehadji, pasokan daging sapi peternak rakyat dan usaha penggemukan sapi bakalan impor, boleh memasuki ketiga pasar itu. Sedangkan daging impor hanya untuk pasar khusus dan industri. “Prinsip ini di masa pemerintah sekarang seperti diabaikan,” ungkapnya kepada AGRINA, Agustus lalu.
Padahal, sebelum 1978 kita pernah mengekspor. Misalnya, 1973, dengan populasi sekitar 6,6 juta ekor, kita mengekspor 51.109 ekor dan 1975 dengan populasi sekitar 6,4 juta ekor, jumlah ekspor 31.886 ekor. Karena populasi sapi potong berkurang, untuk mengamankan pasokan di dalam negeri, pada 1978 ekspor dihentikan. “Jika kita melihat beberapa puluh tahun lalu, sapi potong kita pernah menjadi trend setter,” lanjut bapak kelahiran Sawahlunto, 26 Februari 1936 ini.
Soehadji menegaskan, jika kita konsisten menerapkan kebijakan bahwa peternak rakyat sebagai tulung punggung pasokan, penggemukan sapi bakalan impor sebagai pendukung dan impor daging sapi sebagai penyambung, serta pengaturan ketiga pasar tadi, boleh jadi industri sapi potong kita selama 66 tahun kemerdekaan ini bakal berkembang lebih baik.
Syatrya Utama dan Yuwono Ibnu Nugroho
Tabel Populasi Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau Tahun 2011 (ekor) Wilayah Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Jumlah Sumatera 2.724.364 2.388 512.816 3.239.568 Jawa 7.511.972 592.436 363.008 8.467.416 Bali dan Nusra 2.101.521 194 257.587 2.359.302 Kalimantan 437.273 365 41.541 479.179 Sulawesi 1.771.848 1.741 110.393 1.883.982 Maluku dan Papua 258.075 11 19.671 277.757 Indonesia 14.805.053 597.135 1.305.016 16.707.204 Sumber: Diolah dari hasil awal Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011, Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik