“Tujuannya agar produsen atau petani nelayan tidak lagi menjual hasilnya ke perusahaan dalam bentuk produk mentah atau paling tidak di jual dalam bentuk barang setengah jadi. Salah satunya rumput laut yang dijual dalam bentuk barang setengah jadi yaitu menjadi agar-agar,” kata Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Dr. Ir. Achmad Poernomo Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan KKP disela-sela di sela-sela acara buka puasa bersama Badan Litbang KKP (15/8).
Dr. Endhay Kusnendar, M.S, Kepala Litbang menambahkan, program Refine ini dibuat agar masyarakat mulai merintis teknologi serta mendidik untuk menjadi seorang leadership. Dengan begitu, usaha yang dilakukan oleh masyarakat petani nelayan bisa berbasis teknologi.
Namun, untuk menciptakan suatu teknologi diperlukan suatu dukungan dana. Untuk itu KKP telah menganggarkan dana untuk terobosan itu semua. Bahkan jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. “Untuk tahun 2010 disiapakan dana sebesar Rp 4 miliyar, tahun ini (2011) sebesar Rp 10 miliyar, dan tahun 2012 sekitar Rp 20 – 30 miliyar,” ungkap Endhay.
Dari dana tersebut biasanya KKP mengalokasi dana sekitar Rp 300 – 400 juta perkawasan untuk membuat suatu teknologi. Biasanya penyerapan dana yang paling besar adalah wilayah jawa dan sumatera karena daerah tersebut untuk teknologi berbasis perikanan sangat besar. “Maka, untuk melihat keberhasilan program ini yaitu dengan cara melihat sudah berapa banyak petani nelayan yang mengabdosi teknologi,” pungkas Endhay.
Yuwono Ibnu Nugroho