Meskipun harga semua kebutuhan bahan pokok, terutama beras, meningkat saat Lebaran, Kementan menjamin stok tetap aman.
Menghadapi Lebaran tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menjamin stok beras aman. Hal itu disebabkan adanya peningkatan produksi tahun ini yang mencapai 68,06 juta ton. “Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan beras karena seperti yang dilihat, saat ini tidak ada masyarakat yang mengantri untuk mendapatkan beras,” kata Menteri Pertanian (Mentan) H. Suswono dalam kunjungan kerja ke Desa Kiajaran Wetan, Kabupaten Indramayu, Jabar (30/7).
Selain itu, Mentan juga memastikan target produksi beras sebesar 70,06 juta ton akan terealisasi tahun ini. Sebab, saat ini ada sekitar 300 ribu ha area pertanian produktif yang sangat berpotensi membantu menaikkan jumlah produksi pangan. “Kita harus optimistis ketersediaan lahan pertanian yang kita miliki cukup untuk menambah jumlah stok pangan,” tegas Suswono.
Cecep Suryana, Sekretaris Daerah Kabupaten Indramayu, menambahkan, produksi beras tahun ini untuk daerahnya ditargetkan naik sebesar 10 persen. Atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan target nasional yang hanya 7 persen atau setara 70,6 juta ton gabah kering giling (GKG). “Bahkan, saat ini kami sudah merealisasikan 317 ribu ton gabah kering panen (GKP),” ungkap Cecep.
Bantuan Pompanisasi
Kendati demikian, Suswono mengingatkan petani untuk tetap mengantisipasi adanya ancaman kekeringan ketika musim kemarau di sejumlah wilayah lumbung padi nasional tersebut. Kemudian, mewaspadai sarana saluran irigasi yang belum maksimal sehingga tidak semua daerah dapat menikmati air meskipun daerah itu merupakan lahan pertanian potensial.
Untuk menghadapi masalah itu, Mentan telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi. Salah satunya melalui bantuan pompa air bagi para petani. “Pemerintah akan memberikan kebijakan pompanisasi di beberapa daerah yang memang sedang mengalami kekeringan,” tambahnya.
Pemerintah, antara lain, memberikan bantuan untuk Kabupaten Indramayu berupa pengadaan pompa air sebesar Rp120 juta. Kemudian, juga bantuan jaringan irigasi utama Rp245 juta (100 ha) dan jaringan irigasi desa Rp100 juta (100 ha) mengingat daerah itu merupakan salah satu daerah penyumbang padi terbesar di Jawa Barat. Bantuan ini pun disambut gembira oleh sejumlah petani Indramayu.
Durohman, petani asal Indramayu, menjelaskan, selama ini target produksi padi untuk Kabupaten Indramayu selalu terpenuhi. “Wajar bila pemerintah memberikan bantuan supaya petani terus meningkatkan produksi padi, agar petani tidak mengubah pola tanamnya,” katanya seraya tersenyum.
Sementara itu di sisi lain, meskipun produksi padi meningkat tapi toh penyerapan padi di sejumlah gudang Bulog belum optimal. Di antaranya, gudang Bulog regional Indramayu yang seharusnya dapat diisi beras dengan kapasitas 7.000 ton tetapi baru terisi 300 ton. Padahal, daerah itu sedang memasuki masa panen. Hal ini mengindikasikan Bulog tidak optimal memanfaatkan panen “Isi gudang berkurang karena kami baru saja mengirimkan 2.000 ton beras ke daerah Jawa Tengah,” kilah Sudarsono, Kepala Subdrive Bulog, Indramayu.
Sedangkan soal rencana pemerintah mengimpor beras hal itu dilakukan semata-mata untuk menjaga harga beras di pasaran. “Langkah ini merupakan upaya untuk menjaga stabilitas harga beras di pasaran, karenanya para pedagang beras diimbau tidak mencoba menaikkan harga. Sebab, impor beras itu tidak menjamin mampu menekan beras lokal,” pungkas Suswono.
Yuwono Ibnu Nugroho