Kebutuhan pangan saat puasa naik dua kali lipat dari bulan-bulan biasanya, namun sampai saat ini harga pangan di Pasar Induk Kramatjati Jakarta Timur masih stabil. Saat ini harga sayur dan buah sudah mulai membaik.
foto : Yuwono Ibnu Nugroho Mentan Suswono saat mengunjungi salah satu stand penjual bawang merah di Pasar Induk Kramatjati Jakarta Timur, Rabu (3/8).
“Tahun ini iklim sudah cenderung membaik, sudah masuk kemarau, sehingga terjadi pembuahan yang baik. Tidak seperti 2010 yang cenderung sepanjang tahun hujan,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Suswono saat melakukan kunjungan kerja ke Pasar Induk Kramatjati (PIK), Jakarta, Timur, Rabu (3/8).
Mentan menambahkan, kestabilan harga juga dipengaruhi oleh distribusi dan pengaturan pasokan dan permintaan. “Pasokan dan permintaan perlu diatur agar petani diuntungkan, tapi juga tidak memberatkan konsumen. Peran pasar amat penting. Kalau lancar saya yakin harga tidak akan menjadi-jadi,” papar Suswono.
Bahkan saat ini harga beberapa kebutuhan pangan seperti cabai, kentang, dan bawang kenaikan harga tidak terlalu tinggi. Untuk sementara, harga harga cabai merah keriting Rp 5.000/kg, cabai rawit merah Rp 10.000/kg, cabai rawit hijau Rp 5.500/kg. Kemudian harga bawang merah Rp 10.000/kg, bawang putih Rp 6.500/kg.
Harga Kentang Naik
Namun, harga kentang minggu ini sedikit tinggi untuk ukuran kecil Rp 7.000/kg, dan ukuran besar Rp 8.000/kg. Sebelumnya, kentang berukuran kecil dijual Rp 6.800/kg dan yang berukuran besar dijual Rp 7.800/kg, hal tersebut karena pasokan dari Dieng masih lancar. Sementara itu, Menteri Pertanian mengakui harga kentang masih tinggi. “Kentang rupanya masih tetap tinggi karena produksi lokal masih kurang,” ungkap Boyke salah seorang pedagang kentang pasar Kramat Jati.
Disisi lain, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman juga menemukan komoditas bawang putih terlihat sedikit pada saat mengunjungi pasar InduK Kramat Jati. Hal tersebut karena pedagang sulit mendapatkan pasokan. “Pertama begini, bawang putih kalau tidak musim jadi susah. Faktanya memang kurang,” jelas Rusman saat mendampingi Mentan dalam kuker di pasar Induk Kramat Jati.
Sehingga, lanjut Rusman, dengan kelangkaan ini menjadikan komoditas bawang putih menjadi sangat dicari orang yang menyebabkan harga bawang putih menjadi tinggi. "Kalau struktural memang belum bisa diproduksi dalam negeri apa boleh buat, harus impor untuk meredam harga,” urai Rusman.
Sementara itu, Salah seorang pedagang pemasok bawang putih terbesar di pasar Kramat Jati, Turnip (38) mengungkapkan, saat ini hampir 100 % pasokan bawang dipenuhi dari hasil impor. Sebagian besar bawang putih impor itu didatangkan dari China. Sebab, harga bawang impor ini lebih murah dibandingkan dengan harga bawang putih lokal. Harga bawang putih impor saat ini adalah Rp7.500 per kilogram sedangkan bawang putih lokal Rp15 ribu. “Sudah tidak ada lagi bawang putih lokal, semua impor, produk lokal di sini paling banyak hanya empat persen,” keluh Turnip.
Melihat hal tersbut, Mentan mengantisipasinya dengan berusaha menggenjot produksi beberapa komoditas yang masih kekurangan, termasuk bawang putih. Bahkan dahulu memang ada beberapa sentra produksi bawang namun saat ini beralaih kekomoditas lain. Maka saat ini Mentan akan kembali menggenjot produksi bawang putih di beberapa sentra produksi bawang putih. “Sudah ada sentra bawang putih seperti di Tegal, Lombok Timur, Karang Anyar, kami sedang genjot lagi,” jawab Suswono.
Bahkan, tambah Suswono, impor bawang putih dilakukan hanya untuk mencukupi stok dalam negeri.“Impor hanya untuk menutup kekurangan, sepanjang kita masih kekurangan, tidak masalah” pungkas Suswono.
Yuwono Ibnu nugroho