Senin, 4 Juli 2011

LIPUTAN KHUSUS : Perawatan Tepat, Hasil Meningkat

Pencegahan serangan busuk daun harus dilakukan sedini mungkin. Bahkan Suparman mengendalikannya sejak olah lahan sebelum ditanami kentang.

Serangan penyakit busuk daun yang disebabkan cendawan Phytophthora infestans  di hampir seluruh sentra kentang di Kecamatan Sumber, Kab. Probolinggo, Jawa Timur, sempat membuat resah petani. Pencegahan sejak awal harus dilakukan secara tepat. Begitu juga yang dirasakan Suparman, Ketua Kelompok Tani Setia Tani 5 di Desa Ledokombo, Kec. Sumber.

Suparman telah menggunakan berbagai fungisida dalam penanggulangan penyakit busuk daun ini. Namun setelah memanfaatkan CabrioTop 60 WG, “Hasilnya bisa terlihat langsung. Daunnya yang awalnya busuk kena serangan itu, secara cepat mengering. Dengan demikian cendawannya tidak merambat ke daun lain yang sehat,” katanya. Selain itu, CabrioTop 60 WG mempunyai dua bahan aktif, yakni Pyraclostrobin yang diekstrak dari bahan alami dan Metiram. Bahan aktif Metiram mengandung unsur Zink tinggi yang mampu membuat tanaman menjadi subur.

Hemat dan Peningkatan Hasil Lebih

“Total biaya produksi kentang standar Rp42 juta per ha. Jika harga kentang sekarang Rp6.000 per kg, produksinya 20 ton per ha, maka total pendapatan Rp120 juta. Keuntungannya lebih dari 100% dalam waktu empat bulan,” ungkap Suparman. Secara garis besar, ia mengaku biaya tersebut sudah termasuk untuk pembelian pupuk, herbisida, fungisida, dan insektisida, biaya pengolahan tanah, dan biaya tenaga kerja dari pembibitan hingga panen.

Sementara itu, tambah Suparman, biaya pestisida yang dikeluarkannya lebih hemat  dibandingkan petani lain. “Jika pestisida lain membutuhkan 2 kg biayanya sekitar Rp280 ribu ditambah yang lainnya total Rp370 ribu, jika CabrioTop 60 WG kita hanya pakai 1 kg total harganya Rp160 ribu,” ujar bapak yang punya hobi membaca ini.

Dalam aplikasi CabrioTop 60 WG, Suparman melakukannya hingga tanamannya berumur 80 hari. “Penggunaannya tergantung dari musim. Musim hujan dan kelembapan tinggi dengan fungisida lain berkisar 20 - 22 kali semprot, sedangkan CabrioTop 60 WG hanya 5 kali semprot. Saat musim kemarau pestisida lain 14 – 16 kali, maka CabrioTop 60 WG cukup 4 kali semprot,” paparnya.

Selain CabrioTop 60 WG, Suparman juga mengaplikasikan Regent untuk mengendalikan hama yang paling rawan di dalam tanah, misalnya orong-orong dan ulat yang bisa merusak umbi kentang. Penggunaan Regent tabur dilakukan setelah pemupukan, atau sambil mencangkul jika terlihat banyak hama dengan dosis 20 kg per ha.

Tidak mengherankan jika kemudian hasil panen Suparman bisa di atas produksi petani lain yang hanya mencapai 15 ton per ha. “Yang lebih menggembirakan, produksi lebih karena selisih dari jumlah umbi dan besaran umbi. Jumlah umbinya lebih banyak dan lebih besar. Sama-sama benih bersertifikat kalau tidak menggunakan CabrioTop 60 WG antara 15  - 16 ton per ha tapi dengan CabrioTop 60 WG  hasilnya bisa 17 - 20 ton per ha,” ucapnya sembari tersenyum.

Indah Retno Palupi (Surabaya)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain