“Stok aman beras dunia seharusnya 25 persen dari total produksi dunia, karena terjadi penurunan produksi memicu kenaikan harga beras di pasaran," imbuh Rice Marketing Head ASEAN Syngenta Indonesia Sudarmanto dalam temu wartawan di expo teknologi pertanian yang bertema peningkatan produktivitas tanaman dalam konteks perubahan iklim di Stasiun Riset dan Pengembangan Syngenta, Cikampek, Jawa Barat, Rabu (8/7).
Untuk itu, tambah Sudarmanto, produsen pangan dituntut untuk mencari solusi terkait ancaman kekurangan pangan dunia. Sebab hingga saat ini masih ada satu miliar orang kelaparan di dunia. “Oleh karena itu, pemerintah dan peneliti Indonesia harus bisa mengantisipasi ancaman tersebut, apalagi dengan kondisi lahan pertanian di Indonesia yang semakin menurun, katanya.
Sementara itu menurut Head of Development Syngenta untuk Asia Pasific Frans Doppmann, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan produktifitas padi sesuai dengan kondisi yang ada dengan teknologi yang mudah diaplikasikan petani, perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit serta pengolahan lahan pertanian secara baik dan benar.
Head of Syngenta ASEAN Christopher Allen menambahkan petani perlu mengadopsi teknologi ini dengan tepat untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim yang bisa menyebabkan kerugian yang lumayan besar. Produk adaptif perlu dikembangkan, pasalnya ancaman dari dampak perubahan iklim semakin besar, di antaranya ledakan hama, cuaca yang semakin panas, dan iklim ekstrem.
Nantinya, diharapkan petani bisa memperoleh keuntungan dari usaha taninya. “Untuk mencari produk adaptif yang bisa mengantisipasi perubahan iklim, kita dorong penelitian selama 15 tahun terakhir. Dan Syngenta sudah mengucurkan dana satu miliar dollar untuk penelitian," ungkap Christopher Allen.
Tidak hanya itu, Christopher Allen menambahkan diperlukan kerja sama antara pemerintah, produsen, peneliti, dan akademisi untuk mencari solusi terhadap peningkatan produksi pangan di dalam Indonesia.
Tri Mardi Rasa