Senin, 30 Mei 2011

Men KP Canangkan Kawasan Budidaya Mandiri

Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara produsen produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015, Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad mencanangkan percontohan Kawasan Budidaya Mandiri ”BUDIPRIMA TERPADU” di Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau (Kepri) (30/5). Dalam sambutannya, Fadel menegaskan, peningkatan produksi perikanan akan bertumpu pada perikanan budidaya. Peningkatan produksi perikanan budidaya ditargetkan sebesar 353% dalam periode 2010 - 2014, dari 5,26 juta ton menjadi 16,9 juta ton.

Setidaknya, menurut Fadel, ada 5 komoditas perikanan budidaya yang dapat dipacu pengembangannya, yaitu: rumput laut, lele, patin, kakap dan kerapu. Kelima komoditas itu berpeluang ditingkatkan produksinya menjadi nomor satu di dunia karena potensi lahan tersedia sangat besar, teknologi budidaya mudah dan sudah dikuasai masyarakat, serta permintaan pasar cukup besar.

Sementara itu, dipilihnya Batam sebagai kawasan budidaya mandiri, menurut Dirjen Perikanan Budidaya, Ketut Sugama, karena memiliki potensi yang besar tetapi belum tergali sedangkan pasar sudah menganga. ”Potensinya besar dan ini belum kita gali. Padahal pasar sudah menganga. Pasar hanya 2 jengkal, Singapura dan Malaysia,” ujarnya saat dikonfirmasi AGRINA.

Pengembangan budidaya mandiri di lakukan di darat dengan komoditi andalan lele dan nila, sedangkan di laut berupa kerapu, kakap, rumput laut, dan bawal bintang. ”lele kita kembangkan karena banyak pekerja dari Jawa yang tinggal di sana (Batam). Selain itu, Riau itu airnya sulit sehingga kita pilih lele,” paparnya.

Sebagai target jangka pendek, kawasan budidaya mandiri percontohan yang digagas dan dimotori oleh Gerakan Usaha Mikro Kecil Indonesia (GUMKI) Kepri ini dilakukan untuk mewujudkan swasembada lele di Kota Batam dengan harga komoditas yang kompetitif dengan negara tetangga. Sedangkan untuk jangka panjang, kegiatan ini dapat mendorong peningkatan ekspor ikan kerapu, kakap, bawal bintang, dan rumput laut mengingat akses pasar ekspor di wilayah ini mudah dengan biaya transportasi murah, seperti ekspor ke Singapura, Malaysia, dan negara lainnya. 

Ketut menegaskan, potensi  besar itu seharusnya dapat menjadikan Kepri sebagai salah satu daerah produsen ikan utama di Indonesia sehingga tidak perlu mengimpor lele dari negara tetangga. Pencanangan kawasan budidaya mandiri ini, sambungnya, tidak hanya untuk peningkatan produksi kelautan dan perikanan semata tetapi juga sebagai penyedia lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. 

Dalam acara ini, Fadel berkesempatan memberikan bantuan kepada pembudidaya ikan di Kota Batam berupa induk ikan lele sebanyak 9 paket, benih ikan kerapu sebanyak 1.000 ekor, benih ikan bawal bintang sebanyak 8.000 ekor, dan benih ikan kakap putih sebanyak 1.000 ekor. Hal ini dimaksudkan untuk pemicu dan pendorong pengembangan usaha budidaya ikan di propinsi ini ke depan.

Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain