India adalah juara dunia dalam menjalankan program kesejahteraan anak kurang mampu. Negara ini menyantuni lebih 120 juta anak sekolah dengan susu segar dan makan siang. Besarannya dalam uang adalah US$1,2 miliar (pada 2006-2007). Yang perlu dicamkan di sini adalah hak nutrisi untuk anak berada dalam satu tarikan napas dengan hak mendapatkan pendidikan. Inggris punya School Milk Act yang membagikan susu gratis kepada semua anak di bawah lima tahun serta murid SD. Negara Eropa lainnya juga mengundangkan program susu buat anak sekolah. Dalam pelaksanaannya, mereka masih dibantu pula dengan European School Milk Scheme. Untuk skema ini industri pengolahan susu (IPS) Inggris mendapatkan subsidi sebesar 5,8 juta poundsterling.
Negara-negara dan pemerintahan yang menjalankan mandat untuk menyejahterakan rakyatnya menempatkan susu sebagai satu barang strategis yang dikuatkuasakan secara spesifik dalam UU (UU pendidikan atau UU kesejahteraan anak). Di Eropa dan India, susu untuk anak sekolah dan anak balita bagai trisula yang menghunjam sekaligus ke tiga sasaran strategis. Yakni untuk nutrisi demi menjadikan anak bangsa “berotot kawat-berbalung besi”, menumbuhkan volume otak lebih optimal yang menjadikan mereka lebih pintar. Lalu, sekaligus membesarkan usaha peternakan sapi di negeri bersangkutan. UUD kita mengamanatkan, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Kita punya UU Sisdiknas. Namun di situ tidak ada pesan khusus tentang pemberian nutrisi yang layak.
Indonesia bukanlah bangsa yang tidak peduli karena kita juga telah mengenal program susu untuk anak sekolah. Kita pernah punya presiden yang sangat perduli, yang turun tangan langsung di peternakan sapi unggulannya di Tapos, yang bikin peraturan bahwa pabrik susu yang mau impor susu bubuk, harus 10 persennya menyerap susu segar dari peternakan lokal. Namun pemerintah kita sering tidak konsisten. Program susu gratis datang dan pergi dan tidak merata, malah dibantu pula oleh negara luar (yang dengan demikian membantu peternak negara donor tersebut). Pada masa krisis ekonomi 1999, umpamanya, ada pemberian susu gratis kepada 400 ribu siswa yang tersebar di 2.500 sekolah di Jawa. Itu bantuan pemerintah Amerika Serikat. Di beberapa daerah juga ada penyaluran susu gratis dari lembaga lembaga donor asing dan promosi minum susu segar yang dilancarkan perusahaan-perusahaan swasta.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Teguh Boediyana yang juga Ketua Dewan Persusuan mendesak pemerintah merealisasikan program susu gratis bagi siswa sekolah yang tak mampu. Program ini penting karena selain mendorong peningkatan sumber daya manusia, juga akan meningkatkan produksi susu peternak sapi lokal. Kalau saja bisa dijalankan secara konsisten program susu buat murid sekolah dasar di Indonesia yang berjumlah 31 juta orang, maka akan tumbuhlah fisik anak-anak yang lebih jangkung dan lebih pintar. Tumbuh pula usaha peternakan sapi perah di Indonesia.
Apalagi, kata Darmanto Setyawan dari PT Austasia Food (produsen susu Greenfield) seharusnya pasar susu cair cukup menjanjikan. Setiap tahun pertumbuhannya selalu di atas selalu sekitar 17%-18%. “Semakin maju masyarakat, income-nya bertambah, ya kesadaran untuk minum susu juga akan bertambah. Peluang untuk meningkatkan konsumsi susu per kapitanya sesuai kenaikan GDP tentunya juga akan meningkat. Ini pun baru memperhitungkan peluang di Jawa. Apalagi jika ditunjang dengan program kemasyarakatan untuk minum susu cair yang lebih bagus nutrisinya”.
PT Frisian Flag Indonesia, Grup Japfa, dan Grup Cimory gencar mensosialisasikan kepada anak-anak sekolah tentang pentingnya susu. Kalau saja penyelenggara negara (pemerintah dan DPR), menunjukkan kepeduliannya dengan mengalokasikan anggaran subsidi untuk program susu sekolah, ditambah keberhasilan promosi oleh perusahaan swasta, bisa dibayangkan maraknya pemesanan susu dari peternak lokal, bangkit dan berkembangnya peternakan sapi perah dan IPS-nya. Pabrik-pabrik susu nasional maupun multinasional, atau industri lainnya yang berbahan susu tidak bergantung lagi pada susu bubuk impor karena susu cairnya bisa dipenuhi dari dalam negeri.
Program susu buat anak sekolah dasar dan balita sejatinya menjadi program sebuah bangsa untuk keberlangsungan hidup rakyatnya yang bemutu, yang tinggi gagah, sehat-sentosa dan pintar. Subsidi adalah kewajiban negara demi “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” seperti amanat pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Studi banding para anggota DPR-RI bisa lebih positif kalau melihat skema susu buat anak sekolah di Inggris dan India ini. Lalu mengundangkannya di sini.
Daud Sinjal