Begini Cara Mengatasi si Myo
Perjalanan budidaya tambak udang masih terseok-seok di bawah intaian Myo. Perlu pemantauan kualitas air dan kesehatan udang secara berkala.
Yuri Sutanto, Ph.D, ahli penyakit udang PT CP Prima, menyatakan, terdapat lima tahapan proses terjadinya wabah penyakit myo. Awalnya, virus terinfiltrasi di kolam budidaya. Lalu, myo menginfeksi udang yang rentan. Setelah terinfeksi, udang tidak langsung sakit, tetapi si virus mengalami masa laten di tubuh udang. Lalu, virus menyebar dalam tubuh udang, berlanjut pada kematian. Kemudian terjadi peningkatan paparan virus terhadap populasi sehingga mewabah.
Perhatikan 15 rumus
Lokakarya “Pengendalian Penyakit Udang dan Ikan Kerapu” yang diselenggarakan SCI wilayah Lampung bekerja sama dengan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Forum Komunikasi Praktisi Aquakultur (FKPA) dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung merekomendasikan 15 rumus pengendalian virus myo.
1. Menggunakan benur specific pathogen free (SPF) yang bebas IMNV, WSSV, TSV, dan Vibrio luminescence
2. Persiapan kolam tambak dengan baik
3. Menggunakan tandon, biofilter, dan kolam karantina
4. Penerapan biosekuriti
5. Memantau kesehatan udang secara periodik
6. Memantau kualitas air, dasar tambak, dan lingkungan (air sumber/perairan umum/laut/muara)
7. Manajemen kualitas air untuk tambak
8. Aplikasi probiotik untuk perbaikan kualitas air, menekan bakteri merugikan, dan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya (pestisida, formalin)
9. Manajemen pakan
10. Memanfaatkan feed additive, seperti vitamin dan immunostimulan, dan tidak menggunakan antibiotik atau obat terlarang.
11. Meminimalkan pembuangan limbah secara langsung ke perairan umum dengan menerapkan teknologi budidaya melalui pergantian air terbatas
12. Panen parsial dan menyesuaikan daya dukung
13. Isolasi tambak bila terjadi serangan penyakit dan lakukan pemusnahan
14. Meningkatkan kerjasama antarpetambak
15. Perbaikan implementasi standar operasional prosedur budidaya dari persiapan tambak hingga panen.
Benur Bersertifikat
Untuk mencegah kasus penyakit viral, ujar Ir. Bambang Nardiyanto dari Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA), petambak harus menebar benur sehat dan bebas virus dibuktikan sertifikat bebas virus dari hatchery. Kesehatan benur bisa terdeteksi melalui penampakan visual, seperti ukuran seragam, gerakan lincah dan melawan arus, nafsu makan baik ditandai dengan hepatopankreas dan usus yang berisi makanan, benur PL 10 dengan ukuran panjang 9 – 10 mm.
Pencegahan penularan penyakit dilakukan dengan pembersihan lumpur organik, penjemuran lahan hingga retak-retak, dan pembajakan untuk mempercepat oksidasi. Tambak berdasar semen atau plastik cukup dicuci dan dijemur beberapa hari, lalu siap diisi air.
Air laut sulit diprediksi kualitasnya karena sering berubah. Penggunaan tandon bisa mengurangi ketergantungan air dari luar dan memperbaiki kualitas air. Partikel virus maupun bakteri yang berbahaya dapat dimusnahkan dalam tandon dengan perlakuan kimiawi. Kandungan bahan organik tinggi, plankton yang kurang baik untuk budidaya, amonia, nitrit, dan fosfat ditekan melalui biofiltrasi dan bioremediasi.
Aerasi harus dalam cukup dengan kadar oksigen terlarut (DO) merata minimal 4 ppm. Kondisi plankton juga perlu diamati agar tidak didominasi jenis yang merugikan, seperti blue-green algae (BGA) tertentu, Dinoflagellata, Euglenophyta, diatom tertentu, dan alga kuning keemasan. Tingkat kecerahan dijaga 25–40 cm.
Jumlah virion disarankan sekitar 1% dari total bakteri. Demikian pula flok tidak didominasi plankton yang merugikan. Endapan flok dalam Imhoff con tidak lebih dari 8 ml per liter.
Biosekuriti diketatkan dengan pemasangan filter rangkap di outlet pompa, pemasangan pagar utama untuk mencegah masuknya hewan, dan pemasangan penghalau burung berupa plastik senar yang dibentangkan di atas kolam dengan jarak bentang satu meter.
Kesehatan Udang
Pemantauan kondisi kesehatan udang dilakukan mulai dari tebar benur di tambak, meliputi pengamatan tingkah laku dan kegesitan udang, pengamatan nafsu makan, hepatopankreas, usus udang, bentuk dan warna kotoran udang setiap kontrol anco, serta pengamatan kondisi udang di lab.
Jika terjadi wabah penyakit di salah satu kolam, segera lokalisir supaya tidak menyebar. Bila tidak mungkin disembuhkan, ukurannya masih kecil, dan tidak mungkin dipanen, sebaiknya udang dimusnahkan dengan Crustacide 1,5 ppm atau kaporit 20 ppm untuk membunuh semua organisme di dalam kolam. Biarkan air selama 7 hari baru dibuang keluar.
Bila udang sudah besar, lakukan panen dini dengan jala atau jaring tanpa membuang air. Setelah udang habis, air disterilkan dengan kaporit 20 ppm atau obat lain untuk membasmi virus maupun bakteri. Selanjutnya, air dibiarkan selama 7 hari baru dibuang keluar.
Windi L., Syafnijal D. Sinaro, Suprapto (Lampung)