Lima bulan terakhir ini (November 2010 - Maret 2011) peternak ayam broiler (pedaging) mengalami kerugian yang tidak sedikit. Kondisi ini oleh peternak mendapatkan julukan “Anomali Broiler”. Sebab jika dibandingkan dengan peternakan layer (petelur), broiler (pedaging) memiliki keanehan.
Hal ini mengemuka dalam diskusi tentang kenaikan harga DOC, dan harga pakan yang tinggi dimotori oleh Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) menghadirkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Prabowo Respatyo Caturroso dan Direktur Pembibitan Ternak Abubakar, di Kafe Gumati, Bogor, Rabu (23/3).
Umumnya, bila harga daging turun maka secara otomatis harga pakan, DOC dan Sapronaknya akan ikut menyesuaikan. Sayangnya, kejadian ini tidak terjadi pada ayam broiler karena saat harga broiler turun, harga yang lainnya tetap bercokol di atas.
Bahkan Prabowo menghitung sendiri pengeluaran biaya produksi meski dalam secara sederhana, tapi cukup memberikan gambaran kondisi di lapang. Biaya produksi untuk 1 ekor ayam DOC (day old chick) hingga panen dengan berat 1 kg Rp 13.200. Namun kenyataan di lapangan harganya hanya Rp. 12.400.
Sehingga kerugian peternak per ekor mencapai Rp 600. Padahal rata-rata peternak memelihara paling kecil 5.000 ekor. Kenyataan yang terjadi menurut beberapa peternak yang ikut dalam diskusi siang itu bahwa ayam broiler sekarang sudah tidak makan pakan saja tapi juga sudah makan sertifikat, makan mobil, makan rumah. Artinya kerugian peternak tersebut menyebabkan mereka harus menjual sebagaian dari hartanya berupa mobil, sertifikat dan rumah.
Selain itu, kondisi yang juga semakin memperparah kerugian peternak adalah jalur distribusi pemasaran ayam dari kandang yang dilakukan oleh peternakan besar dan peternakan kecil masih dalam satu pasar yang sama.
Melihat kondisi ini, salah seorang peternak, Dikin mengusulkan agar peternak besar punya jalur distribusi sendiri seperti masuk ke clean market saja. Sedangkan untuk “pasar becek” mereka tidak usah masuk agar peternak bisa bersaing. Sebab, tambahnya, jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, sudah bisa dipastikan akan banyak peternak ayam broiler yang gulung tikar.
Dalam pertemuan dengan peternak tersebut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Prabowo Respatyo Caturroso berjanji akan segera melakukan regulasi dan membuat kebijakan tentang kondisi yang dikeluhkan banyak peternak tersebut agar semua pihak bisa berjalan secara bersamaan.
Ratna Budi Wulandari