Kelembapan tinggi sepanjang 2010 menyebabkan serangan busuk daun kentang semakin merajalela. Bahkan tidak sedikit yang gagal panen.
Penyakit busuk daun kentang atau lodoh menjadi penyakit paling menakutkan bagi petani. Musim hujan yang terjadi sepanjang tahun lalu meningkatkan intensitas serangan di sebagian besar lahan pertanaman kentang. Penurunan produksi akibat serangan penyakit ini sekitar 30%-40%, bahkan sampai menyebabkan gagal panen. Hal itu terjadi di daerah Pangalengan, Kab. Bandung Selatan, Jabar.
Menurut H. Yayan, petani di Desa Pulosari, Pangalengan, hampir seluruh pertanaman kentang terserang penyakit ini. Upaya penanggulangan diperlukan untuk menyelamatkan panen. Salah satunya menggunakan fungisida khusus untuk mengatasi penyakit yang disebabkan cendawan Phytophtora infestans ini.
Pilihan fungisida khusus itu adalah Cabrio Top. Fungisida ini kombinasi fungisida kontak dan sistemik yang berbentuk butiran halus dan dapat didispersikan dalam air. “Nah dari sekian banyak pilihan, Cabrio Top ini yang biayanya paling minim namun sangat efektif untuk mengatasi penyakit lodoh,” ujar petani yang sudah dua tahun menggunakan Cabrio Top.
Yayan mengaplikasikan fungisida ini sesuai kondisi lingkungan. “Kalau cuaca basah seperti tahun lalu, aplikasi bisa 2-3 hari sekali. Tapi kalau panas paling 5 hari sekali.” Dosis aplikasinya, 250 g Cabriotop dilarutkan dalam 200 l atau satu drum air. “Aplikasi pertama saat umur tanaman 15 hari. Kalau serangan tidak parah atau hanya untuk pencegahan, aplikasinya hanya 3 drum per ha. Tapi kalau serangan parah bisa 6 drum per ha,” papar Yayan.
Produksi Meningkat
Ketahanan tanaman yang lebih baik terhadap busuk daun secara otomatis meningkatkan produksi kentang. Yayan mengakui, sebelum menggunakan Cabrio Top, produksinya hanya sekitar 17 ton per ha, sedangkan kini mencapai 20 ton per ha.
Hal serupa terjadi pada lahan kentang milik Dedih, di desa yang sama. Kentang varietas Granola yang ditanamnya memang lebih toleran terhadap busuk daun dibandingkan Atlantik. Dalam kondisi kelembapan tinggi seperti tahun lalu, ia masih bisa panen rata-rata 10 ton per 0,5 ha.
Salah satu keunggulan Cabrio Top dibandingkan fungisida lainnya, formulasinya lebih baik sehingga memberikan daya larut dalam air dan penetrasi ke jaringan tanaman yang lebih baik. Hasil produksinya pun meningkat. “Kalau Cabrio Top ‘kan sudah di-mix ya, jadi penggunaan bisa lebih efisien. Dosis bisa lebih akurat karena kalau dicampur sendiri secara konvensional ‘kan belum tentu bisa akurat,” cerita Dedih.
Cabrio Top mempunyai efek residual yang lebih baik, bekerja dengan baik pada musim hujan maupun musim kemarau, tidak menimbulkan resistensi, serta praktis karena dapat dicampur fungisida maupun insektisida lainnya.
Pada tanaman yang sudah terserang busuk daun, penggunaan Cabrio Top, menurut Yayan, dapat menghentikan penyebaran. “Tanaman yang sudah terserang itu tidak akan menyebar. Lalu tanaman yang sudah ada busuknya pun akan mengering.” Kualitas umbi juga lebih baik dibandingkan biasanya. Warna umbinya lebih cerah, lebih padat, dan menghasilkan kualitas umbi kualitas A lebih banyak. Di samping itu, perkembangan tanaman lebih bagus, daun lebih hijau dan sehat.
Renda Diennazola