Penyakit menular baru dan yang timbul kembali (Emerging and Re-emerging Infectious Diseases) jadi ancaman bagi kesehatan manusia pada 30 tahun belakangan. Penyakit baru yang muncul itu meluas secara geografis, berpindah dari satu spesies hospes ke yang lain, meningkat dalam dampaknya, mengalami perubahan patogenesis atau yang disebabkan oleh patogen yang berevolusi.
“Tidak ada solusi mudah menhadapi permasalahan lingkungan global tersebut terutama dalam mengantisipasi kemunculan penyakit-penyakit menular baru. Oleh karena itu, diperlukan strategi jangka panjang untuk mengatasinya,” kata Ketua Badan Pengurus Center for Indonesian Veterinary Analytical Study (CIVAS), Tri Satya Putri Naipospos pada acara seminar di hari ulang tahun ke 5 CIVAS tentang Pendekatan Ecohealth dalam pengendalian Emerging dan Re-Emerging Infectious Diseases, di Bogor, Sabtu (8/1).
Sementara itu, menurut Wiku Bakti Bawono Adisasmito dari Faklutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengatakan penyakit ini menjadi masalah di dunia dari sejak dulu hingga sekarang. Orang selalu berpikir penyakit ini akan selesai dengan adanya penyakit degeneratif. Ternyata, tambahnya, grafiknya tidak pernah turun bahkan terus naik.
“Hanya satu penyakit infeksi yang bisa ditangulangi yaitu smallpox,” katanya. Sekarang juga banyak timbul penyakit-penyakit infeksi baru dan menjadi masalah tidak hanya di Indonesia tapi juga negara lain. Bahkan masalah rabies di Bali dan beberapa penyakti di dunia merupakan tantanagn dan masalah klasik yang harus diselesaikan bersama.
Oleh karena itu, penyebaran penyakitnya tidak hanya ditularkan oleh hewan atau antar manusia saja. “Kita tidak perlu takut, karena kalau kita takut terhadap itu maka kita harus segera bertindak dan tahu tindakan apa yang harus segara diambil,” katanya.
Namun untuk bisa melakukan itu semuanya harus bisa memahami dulu penyebab penyakit itu, siapa penyebab penyakit itu, apa saja yang yang mereka lakukan dalam penyebarannya dan lain sebagainya agar kita semuanya bisa menanganinya.
Tri Mardi Rasa
