Kamis, 6 Januari 2011

Anomali Iklim Sebabkan Gagal Panen

Kondisi cuaca yang terjadi akhir-akhir ini telah membuat produktifitas cabai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penurunan atau gagal panen. Sekitar 40% dari 120 ribu hektar lahan pertanian cabai di Indonesia mengalami gagal panen akhir 2010. Sehingga berakibat pada pasokan cabai di pasar terganggu dan harganya pun merangkak naik.

“Hujan yang terjadi sepanjang 2010 berkibatk pada tanaman-tanaman cabai kelebihan air sehingga busuk dan gagal panen,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Hasanuddin Ibrahim di sela acara workshop perbenihan Hortikultura di Jakarta, Kamis (6/1).

Hasnuddin menambahkan, busuknya tanaman cabai tidak terlepas dari benih yang digunakan petani. Saat ini varietas benih cabai petani Indonesia umumnya adalah varietas yang tidak tahan hujan. “Sehingga mudah gagal panen jika kelebihan air,” katanya.

Untuk itu, ditengah kondisi anomaly cuaca ini, Kementerian Pertanian siap meluncurkan benih varietas baru yang tahan terhadap hujan. “Mudah-mudahan bulan Mei ini sudah bisa dirilis,’’ tambahnya.

Ada empat jenis varietas cabai tahan hujan yang sudah dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Hortikutura Kementerian Pertanian, yakni Lembang I, Lembang II, Tanjung, dan TM-999. Keempat varietas tersebut tahan hujan dengan tingkat produktivitas 0,8 ton sampai satu ton per hektare. ”Dalam waktu dua tahun setelah diluncurkan, empat varietas baru cabai yang lebih tahan hujan dapat menjawab masalah gagal panen akibat anomali cuaca,” katanya.

Hasanuddin berharap berharap dengan benih varietas baru ini masalah produksi cabai yang menurun bisa teratasi secepatnya. "Konsumsi cabai rata-rata masyarakat kita 1,2 juta ton per tahunnya. Mudah-mudahan dengan varietas itu Insya Allah masalah produksi karena cuaca bisa diatasi," ujarnya.

Tri Mardi Rasa

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain