Pencegahan serangan hama penggerek batang harus dilakukan sedini mungkin. Joko Sulistyo mengendalikannya sejak tanaman padi berumur 0 hari.
Serangan hama wereng dan penggerek batang (sundep dan beluk) di hampir seluruh sentra padi di Pulau Jawa sempat membuat resah petani. Pencegahan sejak awal harus dilakukan secara tepat. Begitu juga yang dilakukan oleh Joko Sulistyo, Ketua Kelompok Tani Mugi Rahayu di Dusun Ngrancangan, Desa Wonojoyo, Kec. Gurah, Kab. Kediri, Jatim.
Peningkatan Hasil Lebih
“Yang jelas, setelah diberi Regent 0.3 tanaman tumbuh lebih sehat, lebih tahan serangan penyakit, daunnya berwarna lebih hijau dan pupuk yang diberikan dapat lebih maksimal terserap,” jelas Joko. Selain itu, Regent 0.3 GR mengandung bahan akif yang lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan efek mematikan pada hewan sawah yang lain, seperti ikan, kodok, dan keong mas.
Menurut Joko, biaya produksi untuk satu hektar sawah di daerahnya sekitar Rp5 juta—Rp7 juta. Itupun sudah termasuk pembelian Regent 0,3 GR. Jika tidak menggunakan insektisida, tambah Joko, risiko gagal panen akan terbuka lebar. .”Sebelum pakai Regent 0.3 GR, serangan hama cenderung semakin lama semakin meningkat. Kami juga mengkombinasi dengan teknologi SRI dan penggunaan pupuk berimbang sehingga kerugian akibat gagal panen bisa teratasi,” jelas Ketua KTNA Kec. Gurah dan Seketaris KTNA Kab. Kediri ini.
“Biaya penggunaan Regent 0,3 GR tiap kali aplikai 10 kg per ha sebesar Rp190 ribu. Kami biasanya aplikasi 2–3 kali, jika dua kali aplikasi biayanya Rp380 ribu ditambah biaya untuk tenaga penaburannya. “Biaya tersebut jelas tertutup dari hasil panen karena jika tidak menggunakan Regent 0.3 GR, saya bisa tidak panen akibat serangan penggerek batang dan wereng. Nah, Regent 0,3 GR digunakan untuk penanggulangan sejak dini dan merupakan insektisida wajib bagi petani,” cerita bapak yang juga Ketua Gapoktan Fernanda Jaya dan Koordinator Paguyuban Kios resmi Pupuk Kec. Gurah.
Intinya, tambah Joko, hanya untuk antisipasi agar tanaman tetap sehat dan kuat hingga panen. “Karena jika ada serangan dan terlambat mengantisipasinya, maka biayanya akan lebih besar lagi dalam penanggulangannya. Apalagi kalau padi sudah berisi. Dengan pencegahan dini, hasil panen bisa sesuai harapan, bisa lebih dari 8 ton per ha,” dalihnya. Ditambahkan Sudarno, Sales Supervisor East Java Crop Protection PT BASF Indonesia, ”Peningkatan hasil otomatis terjadi karena tanaman padi tidak diserang hama penggerek batang. Artinya, padi tersebut bisa tumbuh dengan optimal sehingga bisa menghasilkan secara maksimal.”
Bisa Dicampur dengan Pupuk
Tiga tahapan penggunaan Regent 0.3 GR pada budidaya padi, yaitu pada masa persemaian, vegetatif, dan generatif (bila terjadi serangan berat). Namun Joko memiliki pengalaman tersendiri, “Awalnya, saya gunakan sebelum lahan saya tanami, dicampur dengan pupuk organik lalu ditaburkan. Kedua saat tanaman padi umur 14 hari dan terakhir pada 29—30 hari. Jadi saya berikan pada umur 0, 14 hari, dan 29–30 hari bersamaan dengan pemupukan.”
Penggunaan Regent 0,3 GR yang bisa dibarengi pemupukan sangat memudahkan. Selain itu, Joko juga menggunakan pupuk berimbang, “Pupuk organik sebagai pupuk dasar, kedua umur 14 hari diberi pupuk majemuk NPK dan urea. Setelah itu sebagai penutup, umur 29–30 hari diberi ZA dan NPK. Ketiga aplikasi pupuk itu dicampur dengan Regent 0,3 GR.”
Lebih lanjut Joko menerangkan, ”Yang jelas, ada kenaikan produksi karena kami memacu di organik kenaikan. Produksi kemarin dengan pemakaian Regent 0,3 GR paling sedikit naik sekitar 20%, bahkan bisa lebih dari itu. Apalagi kondisi seperti ini mendung, cuaca tidak menentu pemakaian Regent 0,3 GR itu wajib,” tandasnya.
Indah Retno Palupi (Surabaya)