Senin, 20 Desember 2010

LIPUTAN KHUSUS : Timbang-timbang Konsumsi dan Produksi

Impor selalu memancing kontroversi. Padahal itu dilakukan atas nama stabilisasi harga karena tidak seimbangnya produksi dengan kebutuhan.

Ketika harga beras kian merangkak seperti sekarang, di atas Rp7.000 per kg untuk beras medium, masyarakat pun berteriak. Mereka minta pemerintah melakukan operasi pasar sehingga harga kembali bersahabat dengan kantong mereka. “Bulog mengharapkan harga akan turun sampai 10% di atas HPP (harga pembelian pemerintah), ya sekitar Rp5.000 per kg,” ungkap Sutarto Alimoeso seusai seminar Swasembada Beras Berkelanjutan di Jakarta (14/12).   

Untuk menjinakkan gejolak harga, Sutarto yang dulu tenar sebagai Dirjen Tanaman Pangan yang antiimpor, kini selaku Dirut Perum Bulog, “terpaksa” mengimpor sebanyak 850 ribu ton. Menjawab pertanyaan publik mengapa harus impor padahal ada surplus produksi 5,6 juta ton, “Pemerintah memutuskan itu karena khawatir kita tidak bisa makan karena harga tinggi terus dan ada potensi gangguan tinggi. Insya Allah ini amanah, tidak ada yang aneh-aneh di sini. Ini adalah kepentingan masyarakat, harga beras tidak boleh terlalu mahal, tapi juga tidak merugikan petani,” ucapnya.

Bila kita melihat tabel Produksi, Pengadaan Gabah, Beras, dan Stok Akhir per 13 Desember 2010, untuk mencapai stok akhir sebanyak 2009 memang diperlukan tambahan sekitar 850 ribu ton. Menyimpan cadangan sebanyak 1,62 juta ton tersebut, Indonesia waktu itu tidak mengimpor beras. Namun tahun lalu cuaca berlaku normal.

Sebagai upaya menyelaraskan data antara Bulog dan Kementerian Pertanian, “Kita sudah sepakat untuk memetakan bersama dengan Dirjen Tanaman Pangan sekarang ini. Mari kita petakan, saya punya 26 divre (divisi regional), saya punya sekian puluh sub divre. Mari duduk bersama, prioritasnya menjaga stabilitas masuk ke Bulog,” terang Sutarto lagi.

Produksi Naik?

Dari sisi produksi, pada 2010 pemerintah menargetkan produksi gabah sekitar 66,68 juta ton GKG. Namun, berdasarkan Aram III Badan Pusat Statistik, produksi gabah sekitar 65,98 juta ton GKG atau lebih rendah 1,05% dari target. Aram III merupakan data realisasi produksi  periode Januari – Agustus dan ramalan produksi September – Desember 2010.

Yang perlu kita cermati dari data Aram III tersebut, produksi gabah tahun ini bisa mencapai 65,98 juta ton GKG dengan asumsi terjadi peningkatan luas panen 234,54 ribu ha (1,82%) dan peningkatan produktivitas 31 kg per hektar (0,62%). Diperkirakan luas panen tahun ini sekitar 13.118.120 ha dan produktivitas 5,030 ton per ha. Pada tahun 2009 luas panen sekitar 12.883.576 ha dan produktivitas 4,999 ton per ha. Dengan penambahan luas panen dan peningkatan produktivitas terjadi penambahan produksi gabah 1,58 juta ton (2,46% dibandingkan 2009) menjadi 65,98 juta ton.

Bila kita telusuri lebih jauh, sebenarnya terjadi penurunan produksi gabah 0,08 juta ton GKG pada priode Januari – April 2010. Pada periode Mei – Agustus 2010 juga terjadi penurunan produksi gabah 0,43 juta ton. Berarti pada Januari – Agustus 2010 terjadi penurunan produksi gabah 0,51 juta ton. Lantas bagaimana tahun 2010 ini supaya produksi gabah meningkat 1,58 juta menjadi 65,98 juta ton? Pada periode September – Desember 2010 ini diperlukan tambahan produksi 2,09 juta ton dengan meningkatkan luas panen dan produktivitas seperti yang disebutkan tadi. Apakah skenario ini tercapai?

“Hiruk-pikuk pembahasan perberasan situasi perberasan nasional berada pada situasi yang kompleks. Karena meningkatnya produksi padi atau beras diikuti terjadinya peningkatan harga secara signifikan,” aku Mentan Suswono seperti dibacakan Pending Dadih Permana, Direktur Serealia, Ditjen Tanaman  Pangan. 

Kebijakan pemerintah, kata Mentan Suswono, berupa stabilisasi harga yang melibatkan semua pemangku kepentingan. “Selama ini terkesan urusan perberasan hanya urusan pemerintah. Padahal, UU No. 7/1996. tentang Pangan dan PP 68/2002 sangat jelas dinyatakan bahwa pangan merupakan urusan bersama pemerintah dan rakyatnya. Seharusnya kita tidak direduksi oleh siapapun. Pemenuhan pangan harus dipenuhi dari produksi dalam negeri,” ujar Mentan.

Upaya

Untuk mencapai swasembada berkelanjutan, lanjut Mentan, pihaknya memilih strategi peningkatan produksi melalui empat cara. Yaitu, peningkatan produktivitas, perluasan areal, pengamanan hasil panen, dan penguatan kelembagaan dan pembiayaan.

Kecuali upaya peningkatan produksi, Sutarto pun sempat memberikan perhatian tentang susut produksi, termasuk susut di piring yang masih besar. Mestinya ini bisa ditekan dalam situasi produksi yang semakin tidak pasti akibat gangguan iklim.

Sedangkan masukan dari kalangan swasta lebih banyak ke arah peningkatan produksi per ha, mencegah kehilangan hasil, dan meningkatkan mutu panen.

Peni SP, Renda Diennazola, Syaiful Hakim, Windi Listianingsih

 

Produksi, Pengadaan Gabah, Beras, dan Stok Akhir

 

Produksi                                  Pengadaan DN   Impor           Stok Akhir

Tahun              GKG (Ton)      Selisih (%)       Beras (Ton)         Ton            Ton                  Ton

 

2001                50.460.782     2,77                 32.042.597     2.018.388       68.737             1.214.641

2002                51.489.694     2,04                 32.695.956     2.131.608       1.000.586       1.655.465

2003                52.137.604     1,26                 33.107.379     2.008.954       655.126           1.949.292

2004                54.088.468     3,74                 34.346.177     2.096.609       29.350             1.770.532

2005                54.151.097     0,12                 34.385.947     1.529.718       68.800             1.092.588

2006                54.454.937     0,56                 34.578.885     1.434.127       291.872           957.658

2007                57.157.435     4,96                 36.294.971     1.765.987       1.293.980       1.572.933

2008                60.325.925     5,54                 38.306.962     2.936.281       30.200             1.079.841

2009                64.398.890     6,75                 40.403.864     3.625.522       0                      1.620.816

2010*)             65.980.670     2,46                 41.396.272     1.892.853       423.500           804.471

 

Keterangan:

a.         ATAP (Angka Tetap) 2009 dan ARAM (Angka Ramalan) III 2010

b.         Konversi GKG ke beras 1999 – 2008 adalah 63,2% dan 2009 – 2010 adalah 62,74%

c.         Data Pengadaan DN (Dalam Negeri), Impor, dan Stok Akhir per 13 Desember 2010

 

Sumber: Diolah dari data Sutarto Alimoeso, Dirut Perum Bulog pada seminar “Swasembada Beras Berkelanjutan”, 14 Desember 2010

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain