Semakin menciutnya lahan pertanian tanaman pangan memaksa kita mendongkrak produktivitas dengan segala daya.
Pencapaian swasembada pangan, khususnya beras dan mempertahankannya supaya berkelanjutan sepanjang tahun menjadi kewajiban bersama. Pemerintah, kalangan swasta, petani, dan masyarakat umum seyogyanyalah berkontribusi dengan porsi masing-masing. Bila pemerintah bermain di area kebijakan, kalangan swasta lebih ke arah supply manipulation menurut istilah Bungaran Saragih. Artinya, mengutak-atik produksi supaya lebih tinggi dan lebih efisien. Berikut tawaran solusi dari Bayer CropScience, CV Buana Sakti, dan PT Syngenta Indonesia yang dipaparkan saat seminar Swasembada Beras Berkelanjutan.
Tanam Benih Langsung
Menurut Dudy Kristyanto, Product Stewardship Manager, pemanasan global memberi dampak terhadap perubahan pola curah hujan, intensitas kekeringan dan banjir yang akan meningkat. Contoh, “Perubahan cuaca yang tidak menentu pada tahun 2010 terlihat curah hujan terjadi sepanjang tahun yang mengakibatkan ledakan hama penyakit. Bahkan semua aspek produksi pertanian, tidak hanya padi, mengalami penurunan,” paparnya.
Karena itu Bayer CropScience Indonesia memberikan solusi inovatif untuk menangani konsekuensi perubahan iklim yang berupa Paket Teknologi Bayer Tabela. Bayer Tabela adalah metode penanaman padi dengan cara tanam benih langsung menggunakan alat tanam padi baru “Baytani Seeder” yang sederhana dan efisien. Alat ini terbuat dari pipa paralon dan kayu yang cukup ringan dan dapat ditarik satu orang, bahkan seorang wanita.
Aplikasi teknologi ini memberikan solusi untuk daerah pertanaman padi yang kurang air ataupun saat musim kemarau karena bisa menghemat air sampai 20%. Pasalnya, “Sampai 10 hari pertama, tidak boleh tergenang air. Pengairan juga tidak dilakukan terus menerus tapi intermiten (berselang),” terang Dudy.
Selain itu, membantu petani dalam meningkatkan efisiensi biaya bercocok tanam padi dengan mengurangi biaya tenaga kerja saat tanam, serta sebagai solusi daerah-daerah yang mengalami problem tenaga kerja tanam. “Hanya satu orang selama 4—6 jam per hektar,” lanjut Dudy.
Tanaman pun tidak mengalami stagnasi pertumbuhan. Data terakhir, imbuh dia, teknologi ini dapat meningkatkan produksi 15%—20% sehingga berkontribusi mewujudkan swasembada pangan.
Dilihat dari sisi lingkungan, Bayer Tabela juga dapat mengurangi emisi gas. Dengan demikian, Bayer Tabela ikut mensukseskan program pemerintah untuk mencapai target pengurangan emisi sebesar 26% pada 2020.
Paket 7 Sukses
David Andi Purnama, konsultan CV Buana Sakti, produsen Solbi agro, mengawali paparannya dengan memberikan gambaran tentang bagaimana pihaknya membangun pertanian. Ia mencontohkan, keberhasilan pendampingan selama empat bulan kepada masyarakat Merauke yang biasa berburu untuk bertanam padi secara jajar legowo.
Ternyata pendampingan berhasil. Lima hektar padi hibrida keluaran PT Sumber Alam Sutera berproduksi 8—12 ton per ha. “Waktu itu dipanen dengan upacara adat,” ujar David bangga. Meski tidak semuanya berlanjut, itu sudah membuktikan, masyarakat Papua bisa bertani.
Dalam bagian lain paparannya, David mengungkap rahasia keberhasilan yang menggiurkan yang diraih pengusaha tani bernama Ko Ameng. Petani ini menerapkan tujuh cara mencapai sukses. Berbeda dari petani umumnya, Ko Ameng memulainya dari pemasaran, bukan produksi dulu. Karena itu pihaknya sepakat dengan Yoyo Suparyo, petani di Pamanukan, Subang, untuk menanam varietas yang laku untuk pasar industri, yaitu IR 42 dan ketan, yang harganya pasti.
Setelah pasar diketahui, barulah masuk ke pemilihan lahan, pengelolaan pengairan, lalu pemilihan teknologi tepat guna, menggunakan Solbi agro (berisi probiotik dan enzim), memproteksi tanaman, dan melakukan pascapanen. “Kita harus berhitung ton (produksi) yang kita kejar dan berapa biaya yang harus kita keluarkan. Jadi biaya per ton, itu ekuivalen dengan biaya pemupukan,” tandas David. Ia menambahkan, targetnya produksi 30 ton per ha belum tercapai, tapi, “Lima belas ton sudah tercapai.”
Meski kesemuanya penting, Solbi agro bisa dibilang menentukan keberhasilan tersebut. Mengapa, “Warna hijau daunnya lebih OK, kerapatan klorofilnya lebih banyak dengan memakai Solbi, bulirnya lebih terisi penuh karena daun benderanya lebih panjang daripada panjang malai. Jadi, 95% bulir terisi,” pungkas David.
Mempertahankan Hasil Panen dan Kualitas
Produksi padi umumnya tidak lepas dari aktivitas perlindungan terhadap tanaman. Ir. Fei Ling, Fungicide & Insecticide Manager, mempromosikan salah satu produk andalannya pada tanaman padi, yaitu Score 250 EC.
Menurut alumnus Faperta IPB ini, peningkatan hasil dan perbaikan mutu padi masih merupakan masalah penting di Indonesia. Selain itu, kesadaran tentang pengaruh tanaman yang sehat terhadap produktivitas tanaman juga masih rendah di kalangan petani. “Dan, ketersediaan bahan perlindungan tanaman yang berfungsi sebagai pendongkrak produksi, sekaligus sebagai fungisida masih sangat terbatas,” ujarnya.
Score berupa cairan yang bisa larut dalam air dengan cara kerja menghambat peembentukan sterol pada cendawan (jamur). “Sterol ini sumber energi untuk jamur,” sambungnya.
Fungisida berbahan aktif difenoconazole ini unik karena bersifat protektif dan kuratif, juga eradikatif untuk membunuh cendawan yang ada di lapangan. Setelah dilakukan penelitian, Score sangat aman untuk berbagai tanaman. Menjaga kualitas hasil panen, tidak bersifat karsinogenik, tidak mutagenik, juga tidak mempunyai sifat teratogenik (mempengaruhi alat reproduksi manusia).
Score cukup diaplikasikan dua kali, pada masa bunting awal (umur 45 HST) untuk melindungi serangan cendawan terhadap malai, dan umur 60 HST guna mempertahankan keseragaman pematangan padi, dan menjaga kesehatan bulir-bulir padi.
“Hasil penelitian di Indonesia, Score bisa mencegah kehilangan hasil sebanyak 1—1,5 ton berapapun panen asalnya. Sedangkan hasil penelitian terhadap mutu, bisa mempertahankan kehijauan tanaman padi dengan mempertahankan klorofil. Warna bulir padinya juga lebih cerah,” beber Fei Ling. Secara matematik, andaikan ada 11,5 juta ha lahan padi, 20% saja menggunakan Score, maka akan didapat tambahan hasil 2,3 juta ton. Sayang, adopsi Score saat ini masih di bawah 10%.
Peni SP, Renda Diennazola, Windi Listianingsih