Beras merupakan komoditas pangan utama, yang berkarakteristik “unik dan strategis” bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Keunikan beras ini dipengaruhi karena beras itu sendiri merupakan salah satu benchmark pangan nasional dan status sosial. “Penghasil beras itu sendiri merupakan kumpulan para pelaku usaha yang kepemilikannya gurem, dan secara historis, pengelolaan beras dibantu oleh lembaga khusus yakni BULOG,” kata Dadih Permana. Yang mewakili Menteri Pertanian dalam acara Seminar Nasional Swasembada Beras Berkelanjutan, di Hotel Borobudur, Selasa (14/12).
Sementara itu, beras juga merupakan komoditas strategis karena beras merupakan makanan pokok mayoritas bangsa Indonesia, beras merupakan sumber pemicu inflasi, dan beras merupakan komoditas “politik”. Artinya, kedudukan beras dalam struktur pangan nasional menjadi “primadona”. “Beras telah menjadi salah satu isu strategis nasional, yang mampu memicu suatu ekskalasi sosial maupun politik,” kata Mentan.
Dalam acara yang diadakan oleh Tabloid Agrina Mentan menambahkan, sejarah bangsa Indonesia mengingatkan kita semua, perkembangan beras terus mengalami peningkatan. Puncaknya, sekitar tahun 1984, dua puluh enam tahun yang lalu, Indonesia pernah mengalami swasembada dan pada tahun 2008, Indonesia kembali mengalami swasembada beras. Ini merupakan sebuah pencapaian yang tidak dapat dipungkiri sebagai keberhasilan kita semua, khususnya petani Indonesia.
Namun demikian, pencapaian tersebut harus terus diwujudkan secara berkelanjutan. Komitmen berkelanjutan pasti memerlukan konsentrasi dan komitmen yang lebih dari semua stakeholder. Untuk itulah, periode tahun 2010-2014, Kementerian Pertanian secara tegas menetapkan 4 Sukses Pertanian yaitu 1) Pencapaian Swasembada Beras, Jagung, Kedelai, Gula, dan Daging Sapi, 2) Pengembangan Diversifikasi Pangan, 3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor, serta 4) Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Yuwono IN, T. Mardi, Renda D, dan Windi L