Dengan pipa berbahan HDPE menjadikan umurnya sampai 20 tahun. Penanganannya lebih fleksibel.
Untuk meningkatkan produksi perikanan hingga 353% seperti cita-cita Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad diperlukan dukungan sarana. Salah satunya keramba jaring apung (KJA). “Kalau kita mau budidaya perikanan, kita harus membuat sarana,” kata Andi Jayaprawira Sunadim, S.Mn., Asisten Manajer Pemasaran PT Gani Arta Dwitunggal, produsen KJA yang berbahan baku high-density polyethylene (HDPE) murni, kepada AGRINA (26/10).
Dengan sistem fully knockdown, KJA merek Aquatec ini sangat gampang dibongkar pasang. “Mudah dipasang pasti keuntungan tersendiri. Tapi mudah dibongkar juga keuntungan tersendiri, yaitu (kalau) mau pindah, mobilitas dari suatu tempat ke tempat lain, itu dengan mudah bisa dibawa,” tambah Yanuar Hindarto, Asisten Manajer PT Gani Arta Dwitunggal, kepada AGRINA (23/10).
Selain itu, KJA Aquatec ini menggunakan pipa HDPE dengan ketebalan 12 mm dan diameter luar 355 mm. Dengan standar panjang pipa 3 m, 4 m, 5 m, atau 6 m mudah untuk membuat konfigurasi ukuran keramba, misalnya ukuran 3 m x 3 m; 4 m x 4 m; 5 m x 5 m; atau 6 m x 6 m. “Tinggal disambung-sambung antarpipa. Jadi sangat fleksibel sekali,” lanjut Yanuar ketika diwawancarai di Jakarta. Di atas pipa dibuat tempat berjalan yang memudahkan petambak berjalan-jalan di atas keramba.
Berbahan bentuk pipa, keramba ini lebih hidrodinamis. Ketika ada arus mengalir, dengan mudah arus melewati permukaan yang silindris sehingga ikan lebih sehat. Sebab, oksigen yang terlarut dalam air di keramba semakin banyak. “Kalau ada arus mengalir, permukaan air paling atas dengan mudah melewati permukaan yang bulat,” terang Andi, yang juga alumnus Sekolah Bisnis ITB Bandung, itu.
Untuk membentuk konfigurasi keramba, penyambungan pipa pada KJA Aquatec ini menggunakan baut stainless steel 316 untuk tipe KJA laut dan 304 untuk tipe KJA air tawar. Baut baja 316 ini biasa dimanfaatkan pada pengeboran minyak lepas pantai, sedangkan baut baja 304 umum digunakan untuk kapal pesiar, yang kekuatannya luar biasa. “Kedua jenis baja ini terbukti tidak berkarat berpuluh-puluh tahun,” tandas Andi di lokasi pabrik KJA Aquatec di Kawasan Industri Batujajar Permai, Padalarang, Bandung.
Jaringnya dirajut tanpa simpul. “Kalau ada simpul, akan kelihatan tonjolan. Kalau ikan berenang dan bergesekan dengan simpul itu bisa luka. Kita punya, jaringnya tanpa simpul tetapi tetap kita rajut. Jadi, seandainya tergunting atau terpotong satu lubang jaringnya, tidak akan melebar. Sebab, ini sudah terkait satu sama lainnya,” kata Andi sembari menambahkan, pihaknya memang bergerak di bidang tekstil seperti perajutan vitrase dan brokat.
Untuk menciptakan KJA ramah lingkungan ini, Budiprawira Sunadim, pemilik PT Gani Arta Dwitunggal, berani menanamkan investasi sekitar U$2 juta. Dengan pipa yang berbahan baku HDPE murni, umur KJA ini bisa mencapai 20 tahun, sedangkan umur jaringnya sampai lima tahun. Hingga kini sudah dipasarkan sekitar 1.500 lubang KJA ke Riau, Sumatera Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, NTT, Bali, Maluku, Kalimatan Timur, dan Singapura.
Syatrya Utama dan Liana Gunawati
ANALISIS USAHA: BIAYA: 1. KJA Aquatec satu set ukuran 3 m x 3 m (4 lubang) : Rp 82.882.000 2. Bibit kerapu bebek (400 ekor x 4 x Rp10.000/ekor) : Rp 16.000.000 3. Pakan dari Jepang (400 ekor x 4 x Rp30.000/kg) : Rp 48.000.000 4. Gaji pegawai (2 x 13 x Rp1.000.000/bulan) : Rp 26.000.000 5. Biaya lain-lain (13 x Rp2.000.000/bulan) : Rp 26.000.000 Total Biaya : Rp198.882.000 PENDAPATAN: 6. (4 x 400 ekor x 80% x Rp500.000 per kg) : Rp640.000.000 KEUNTUNGAN: 7. (Pendapatan – Total Biaya) : Rp441.118.000 Catatan: Survival Rate (SR) 80%; padat tebar 400 ekor per lubang; FCR (feed conversion ratio) 1,25; ukuran panen 0,8 kg per ekor; satu siklus produksi 13 bulan; satu set keramba jaring apung (KJA) empat lubang; dan ukuran KJA per lubang 3 m x 3 m dengan kedalaman jaring 3 m. |