Sungguh malang nasib petani sawit rakyat, bagaimana tidak? Untuk melakukan peremajaan bagi lahannya diperlukan sertifikat. Sedangkan untuk membuat sertifikat itu sendiri butuh dana yang besar.
Ketua Asosiasi Petani Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Riau Setiyono menerangkan, saat ini yang dinginkan petani bagaimana bisa memperoleh sertifikat untuk lahan yang sedang dikelolanya. Sebab dengan adanya sertifikat itu petani baru bisa melakukan program revitalisasi sesuai dengan anjuran pemerintah.
“Nah itu dia masalahnya dalam program revitalisasi itu harus ada yang namanya bikin dahulu sertifikat barulah diberi anggarannya. Jadi sebenarnya peremajaan tanaman rakyat tidak sulit karena pemerintah bisa menggunakan dana pajak atau pungutan ekspor (PE) crude palm oil (CPO) yang dikutip selama ini, yang jumlahnya sudah cukup besar,” ungkapnya.
Setiyono menambahkan, sebenarnya masalah itu ada pada pihak bank yang sampai saat ini belum mampu memberi kepercayan pada petani sepenuhnya. Padahal sebelumnya pada sebuah seminar ada salah satu bank yang mengatakan, petani sampai saat ini belum pernah ada yang menunggak dalam masalah pembayaran anggsuran. “Namun, kita tetap menghargai pihak bank. Karena bank itu sendiri mempunyai standar sendiri dalam menentukan kreditnya,” jelasnya.
Maka, agar petani dapat dipercaya dari pihak bank, segala upaya telah dilakukan. Dan sebenarnya kalangan petani juga sudah menjelaskan kepada pihak bank itu sendiri. Sebenarnya pihak bank tidak perlu merasa takut ataupun di rugikan. Karena walaupun ada tenggang waktu yang cukup lama, tetapi ada bunga yang terus berjalan sehingga pihak bank tidak perlu merasa di rugikan. Hanya saja dari pihak bank yang menginginkan namanya hutang harus cepat kembali.
Untuk itu solusinya adalah meyakinkan kepada pihak bank bahwa kita bisa membayar kredit tanpa harus menunggu waktu yang lama. Salah satunya petani menyiasatinya dengan menanam tanaman pangan seperti jagung di sebagian lahannya. Karena dengan menanam jagung tidak perlu menuggu waktu yang lama untuk memanen. “Jadi petani bisa mencicil angsuran pihak bank tanpa harus menunggu panen dari sawit itu sendiri,” sarannya.
Yuwono Ibnu Nugroho