Alat semprot bagi petani seperti senjata tentara yang berperang. Oleh karena itu, jika alat tersebut rusak dan tidak berfungsi maka kesempatan untuk menangulangi hama dan penyakit pada tanamannya jadi hilang.
Kerugian yang diderita petani akibat rusaknya alat semprot itu akan menurunkan daya berantas pestisida yang digunakan karena dosis per satuan luasnya menjadi berkurang. Apalagi jika bocor pada salah satu bagian alat semprot tersebut.
“Tetesan pestisidanya bisa menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menambah paparan pada anggota tubuh penyemprotnya serta mencemari lingkungan,” kata Sobar Praja Direktur Eksekutif CropLife Indoensia dalam acara training and workshop Penanganan Pestisida secara benar, aman dan pemeliharaan alat semprot punggung tanpa mesin yang diselenggarakan oleh PT Dow Agrosiences Indonesia (DAI) bekerjasama dengan CropLife Indonesia di Purwakarta, Jum’at (15/10)
Alat yang tidak berfungsi baik bisa menimbulkan kerugian dalam hal waktu, tenaga dan uang. Oleh karena itu, alat semprot harus selalu dalam keadaan prima saat dipergunakan di lapangan. Kerusakan alat semprot umum terjadi dilapangan, karena peralatan sudah aus oleh waktu. Namun kerusakan itu sering dianggap sepele, padahal kerusakan tersebut bisa membahayakan dan merugikan petani.
Acara yang bertema Utamakan Pemeliharaan Alat Semprot berlangsung selama 2 hari yang dihadiri oleh sekitar 35 orang petani dan ketua kelompok tani dari Subang, Purwakarta dan Karawang. Selain itu, DAI mengajak petani untuk ikut dalam pelatihan mengenai pemeliharaan alat semprot untuk mencegah terjadinya kerugian dalam berbudidaya tanaman.
Menurut Chung Byung Woo Country Commercial Leader PT Dow AgroSciences Indonesia, DAI merupakan salah satu perusahaan yang memperhatikan perlindungan konsumen, terutama petani yang menggunakan produk-produknya dari bahaya pestisida pada tubuh dan lingkungan.
Tri Mardi Rasa