Alumninya menggenggam sertifikat yang menunjukkan kesiapannya terjun ke bursa kerja maupun menjalankan usaha mandiri di bidang kelautan dan perikanan.
Kebutuhan tenaga profesional di bidang kelautan dan perikanan kian besar. Apalagi pemerintah tengah menggenjot produksi perikanan (revolusi biru) untuk mencapai cita-cita menjadi produsen nomor satu di dunia pada 2015 kelak. Sekolah Tinggi Perikanan (STP) menawarkan alumni terbaiknya melalui enam program studi, yaitu Teknologi Penangkapan Ikan, Teknologi Permesinan Perikanan, Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Teknologi Akuakultur, Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, dan Penyuluhan Perikanan.
Jadi, bila Anda ingin menjadi kapten kapal penangkap ikan bertaraf internasional? Atau berprofesi sebagai ahli mesin kapal? Atau siap memimpin unit produksi ikan budidaya, unit pengolahan ikan, mengelola sumberdaya perairan, atau menjadi penyuluh profesional? Sekolah Tinggi Perikanan (STP) yang berkampus di Jalan AUP, Kawasan Pasarminggu, Jakarta Selatan, bisa menjadi jalan menuju cita-cita Anda itu.
Istimewa
Pendidikan tinggi kelautan dan perikanan memang ada di mana-mana. Lantas apa nilai lebih STP yang bernaung di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan ini? “Kita menyelenggarakan pendidikan profesional sehingga pelaksanaannya lebih banyak praktiknya (sampai 60%). Pembeda yang lain, selain diberikan ilmu dan teknologi, juga ada pembinaan fisik dan mental yang mengarah kepada kedisiplinan. Tujuannya untuk membangun karakter sebagai bekal para alumni bekerja nanti, misalnya yang bekerja di kapal,” ungkap Dr. Aef Permadi, S.Pi, M.Si, Ketua STP kepada AGRINA.
Lebih jauh Aef menuturkan pentingnya kekuatan fisik dan mental bagi para lulusan STP. Bagi yang memilih program penangkapan dan permesinan, ketahanan fisik dan disiplin sangat diperlukan saat mengarungi samudra memimpin operasi penangkapan ikan. Sementara yang mengambil program akuakultur, lokasi budidaya biasanya di daerah terpencil sehingga harus kuat secara fisik maupun mental.
Kelebihan lain adalah pada penyerapan alumni dalam pasar tenaga kerja. “Khusus program penangkapan dan permesinan, itu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan perwira kapal di dalam negeri tapi juga bisa bekerja di kapal asing. Jepang dan Korea sulit mencari perwira kapal. Alumni kita bisa mengisi kebutuhan mereka,” imbuh Aef yang saat itu didamping tiga Pembantu Ketua: Ir. Eddy Sugriwa Husen, S.Pi., MM, Ir. Effi Athfiyani Thaib, M.Si., dan Ir. Tatang Taufiq Hidayat, MS.
Berdasarkan pemantauan alumni 2007—2009, sebanyak 39,4% alumni bekerja di perusahaan swasta, 33% menjadi wirausaha, 18,2% terjun sebagai pegawai negeri. Sisanya melanjutkan pendidikan 4,6% dan tidak terpantau, 4,7%.
Fasilitas Lengkap
Untuk mencapai tujuan pendidikannya, STP yang dulu bernama Akademi Usaha Perikanan ini menyediakan berbagai fasilitas. Di tengah melambungnya biaya pendidikan tinggi di Tanah Air, STP menyelenggarakan pendidikan secara nyaris gratis. Para taruna dan taruni (sebutan untuk mahasiswa) diasramakan dengan biaya penuh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Bagi peminat program penangkapan dan permesinan, disediakan kapal latih dan riset bernama Madidihang. Kapal terbaru Madidihang-3 buatan Spanyol sudah diserahterimakan beberapa waktu lalu. Dengan kapal ini, para taruna mengasah ketrampilannya untuk menjadi perwira kapal mengantongi sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat I (ANKAPIN-1) dan Basic Safety Training. Sedangkan yang permesinan memperoleh sertifikat Ahli Teknika kapal Penangkapan Ikan Tingkat 1 (ATKAPIN-1).
“Program Penangkapan Ikan memang istimewa. Ini yang tidak ada di tempat lain, yaitu isi kurikulumnya ada yang disesuaikan dengan Standard for Training and Certification for Watchkeeping Personnel at Fishing Vessel. Ini standar yang ditetapkan International Maritime Organization (IMO),” ujar Soen’an Hadi Poernomo, Ketua Korps Alumni STP yang kini menjabat Kepala Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sementara bagi peminat program akuakultur dan pengolahan hasil, tersedia kolam, tambak, laboratorium penyakit, laboratorium biologi, laboratorium pembenihan, laboratorium quality control dan sebagainya. Dengan bekal praktik ini, alumni memegang sertifikat sebagai ahli pembenihan atau ahli budidaya dan juga sertifikat HACCP. Sedangkan pemilih pengelolaan sumberdaya perairan memperoleh sertifikat AMDAL tipe A dan C.
Dengan daya tarik itu, sampai sekarang STP tidak pernah sepi peminat. Rata-rata jumlah pendaftar 1.500 orang per tahun. Dan pada tahun ajaran 2010/2011 sekolah tinggi yang berdiri pada 7 September 1962 ini menerima 270 orang mahasiswa. Pendaftarannya dibuka pada 24 rayon di seluruh Indonesia. “Kami memang berharap, pemda di rayon-rayon tersebut nanti akan menarik lulusan dari daerah itu untuk berkarya di daerah masing-masing,” jelas Aef. Saking beragamnya asal daerah para mahasiswa, Eddy Sugriwa mengatakan, STP bisa dibilang kampus NKRI karena mahasiswanya berasal dari seluruh Indonesia.
Jadi, mau pendidikan “gratis”, lulus dengan kompetensi tinggi sehingga dalam hitungan bulan meraih tempat kerja, STP bisa menjadi pilihan para lulusan SMU.
Peni SP