Mendahului aksi koin untuk Prita Mulyasari, cara pengumpulan dana yang sama uniknya ini sukses menambah pundi-pundi Gapoktan Wonomakmur sampai Rp98 juta.
Ini terbilang prestasi tersendiri dari Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang diluncurkan Kementerian Pertanian. Lebih dulu dari Koin Peduli Prita Mulyasari, gabungan kelompok tani (gapoktan) Wonomakmur sejak Agustus 2009 menggelar Gerakan Menabung Seratus alias Gertus. Alhasil, Gapoktan penerima dana PUAP sebesar Rp100 juta pada Desember 2008 di Wonokerto, Turi, Sleman, DIY itu mampu menambah modal sebesar Rp98 juta hanya dalam waktu lima bulan.
Tabungan Anak Petani
Awalnya, pengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Gapoktan Wonomakmur merasakan target gapoktan mengembangkan modal Rp100 juta dari PUAP itu menjadi Rp112 juta selama setahun terlalu kecil. Penambahan Rp12 juta berasal dari bunga 1% per bulan yang dikenakan kepada petani peminjam dana. Selain terlalu kecil, jika tidak ada terobosan program, kesejahteraan pengelola juga tidak akan pernah memadai. Sementara Kementerian Pertanian mensyaratkan pengelolaan PUAP harus secara profesional oleh tiga orang, yaitu manajer, pemasaran, dan kasir guna membangun LKM andal untuk petani.
Tercetuslah gagasan Program Gertus bagi anak-anak petani se-Desa Wonokerto. “Uang seratus rupiah itu kalau tercecer di jalan tidak ada yang memperhatikan. Tapi kalau setiap hari sekolah anak-anak menabung Rp100 atau sekitar 26 hari dalam sebulan, maka akan mendapat Rp2.600 dari setiap anak. Kalau ada 500 anak, berarti Rp1,3 juta per bulan,” ungkap M. Sukidi, Bendahara Gapoktan Wonomakmur.
Untuk memantapkan pemikiran itu, pengurus Gapoktan mensurvei besarnya uang saku siswa dari pra-Taman Kanak-kanak hingga SMA di Wonokerto. Rata-rata uang saku siswa ternyata Rp1.000 per hari sehingga menabung Rp100 setiap hari sangat memungkinkan. Agar lebih menarik, lima penabung terbanyak diiming-imingi hadiah uang setiap triwulan, Rp150 ribu hingga Rp50.000.
Selain itu penabung mendapatkan bunga 0,5% per bulan. Namun, pengambilan hanya dapat dilakukan setahun sekali setiap awal tahun ajaran baru. “Untuk yang lulus dapat mengambil 100%, tetapi bagi yang naik kelas maksimal 30%,” urai Sudaryanto, Manajer LKM Gapoktan Wonomakmur.
Dana Digulirkan
Sosialisasi Program Gertus kepada anak-anak dilakukan melalui kelompok-kelompok tani anggota gapoktan. Kepada kelompok pula mereka akan mengumpulkan tabungan sebulan sekali pada tanggal yang ditentukan. Pada saat sosialisasi disampaikan, selain sebagai tabungan, uang para siswa ini juga berguna bagi para petani yang notabene orangtua mereka sendiri. Uang tersebut akan digulirkan sebagai modal usaha pertanian mereka yang umumnya petani salak pondoh.
Tidak disangka sambutan anak-anak ternyata sangat tinggi. Pada pengumpulan tabungan bulan pertama Agustus 2009 terhimpun Rp14,2 juta dari 386 anak asal tujuh kelompok tani. Hal ini menginspirasi kelompok tani lain untuk ikut menabung ke LKM Gapoktan. Sehingga pada akhir Desember 2009 jumlahnya mencapai Rp98 juta dari 511 anak yang kebanyakan siswa SD dan SMP. Rata-rata jumlah tabungan Rp191.700 per anak selama lima bulan. Karena itu Sudaryanto optimistis pada akhir 2010 jumlah tabungan Gertus akan menjadi Rp500 juta atau lima kali lipat kucuran dana PUAP.
Sudaryanto menjelaskan, untuk meminjam dana ke LKM, seorang petani harus membayar simpanan pokok sebesar Rp12.500 dan simpanan wajib sebanyak Rp5.000 per bulan. Selain itu juga membayar jasa pelayanan dan risiko pinjaman masing-masing sebesar 1% dari nilai pinjaman. Dana risiko pinjaman ini dimanfaatkan untuk menghapus utang anggota yang meninggal dunia dan menyantuni petani peminjam yang sakit.
Faiz Faza (Yogyakarta)