Mengangkut bibit merupakan pemandangan biasa dan wajar di kebun sawit. Proses pengangkutan ini butuh biaya yang tak sedikit. Bagaimana cara menghemat biaya produksi mengingat 15%-nya adalah biaya angkut?
Bicara soal kelapa sawit memang tak ada habisnya. Tanaman jenis palem yang bisa tumbuh di semua dataran di Indonesia ini, sepuluh tahun terakhir memang menjadi primadona. Meski beberapa waktu lalu harga sawit sempat terpuruk, sebagian pengusaha sawit tidak melihatnya sebagai sebuah ancaman. Bahkan ada yang mengubahnya menjadi peluang dengan berbagai strategi.
Tantangan yang dihadapi para pebisnis kelapa sawit sekarang adalah peningkatan produktivitas dan menekan biaya produksi. Oleh karenanya, saat ini perusahaan sawit dituntut untuk menghemat biaya produksi, terutama alat transportasi di kebun.
Produktivitas dan penghematan biaya itu penting. Demikian diungkap Indra Gumay Putra saat ditemui AGRINA di kantornya. Sudah saatnya perusahaan sawit atau petani sawit Indonesia menggunakan peralatan yang bisa menghemat dan menghasilkan kerja maksimal. “Dengan mekanisasi, pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien," ujar Asisten Manajer ATV Division Head PT Yamaha Motor Kencana Indonesia itu.
Indra menjelaskan, contoh alat yang dapat menekan biaya produksi adalah kendaraan jenis all terrain vehicle (ATV) alias kendaraan lapangan. ATV mampu bergerak leluasa di sela-sela tanaman kelapa sawit lantaran bertubuh ramping, tanpa takut merusak infrastruktur jalan di kebun yang kebanyakan jalan tanah. “Penggunaan ATV dapat menghemat biaya transportasi terutama biaya angkut bibit dan pupuk ke kebun sawit,” tandas Indra.
Indra menambahkan, ATV bersifat multifungsi karena dapat dirangkai dengan berbagai alat pertanian. Jika di belakangnya dipasang alat penyemprot, Anda bisa menggunakannya sebagai alat penyemprot hama. Jika dipasang alat pengolah tanah, alat ini dapat berfungsi sebagai traktor. Jika dipasang bak, alat ini bisa dimanfaatkan untuk mengangkut bibit dan pupuk.
Menghemat biaya angkut
Berdaasrkan pengalaman Rudi Kusnadi, ATV mampu menghemat waktu kerja di kebun sawit tempatnya bekerja, kebun sawit milik PT Suryamas Cipta Perkasa. Sejak Agustus 2009, ATV digunakan untuk mengangkut bibit dan pupuk ke dalam kebun. Dengan daya angkut bibit 100—120 bibit per rit, dalam sehari ATV dapat mengangkut bibit sawit sampai tiga rit. "Selain hemat waktu, biaya angkut bibit dan pupuk bisa ditekan. Bensin nya pun irit. cuma 1,8 liter per jam,” terang Rudi, Asisten Workshop PT Suryamas Cipta Perkasa.
Penghematan biaya ini dilihat dari pemakaian tenaga kerja. Rudi menjelaskan, sebelum menggunakan ATV, untuk mengangkut bibit sawit dibutuhkan tenaga kenek. Dengan ATV, sekarang cukup seorang tenaga kerja untuk mengangkut bibit ke kebun sehingga ongkos angkut pun jadi bisa lebih hemat. Operator ATV bisa mendapat penghasilan lebih dengan menjadi operator ATV sekaligus kenek. “Dari sudut pandang, perusahaan kami diuntungkan karena tak perlu keluar biaya kenek lagi. Biaya angkut bibit jadi lebih hemat. Karyawan pun bisa mendapat dobel income,” tukas Rudi.
Lebih lanjut Rudi mengungkap, ATV mampu bekerja maksimal di kebun seluas 20.000 ha. Untuk mendukung kelancaran kegiatan di kebun, salah satu anak perusahaan Best Agro International ini menghindari penggunaan alat-alat berat di kebun. “ATV sangat cocok di sini. Kami memang sengaja memakai kendaraan khusus perkebunan. Kendaraan besar dihindari supaya jalan tidak rusak parah saat musim hujan,” katanya.
Membantu Memadamkan Kebakaran
Ide kreatif biasanya baru muncul saat dalam kondisi terjepit. Selain untuk mengangkut pupuk dan bibit, ATV memiliki manfaat lain, yaitu membantu proses pemadaman kebakaran di kebun. Hal ini secara tak sengaja diketahui Rudi saat kebakaran menimpa kebun sawit PT Suryamas Cipta Perkasa yang terletak di Kabupaten Pulang Pisau-Kalteng. Ketika itu para pekerja kebun sedang berlibur lebaran.
Menurut Rudi, kawasan lahan gambut tersebut terbakar karena kering. Untuk memadamkan api, para pekerja yang tidak libur memadamkannya dengan bantuan ATV. Kendaraan segala medan ini sigap menuju lokasi kebakaran yang terletak di gang-gang sempit. ATV membawa alat-alat pemadam kebakaran, seperti mesin penyedot air dan pompa. “Padahal ATV biasa kami pakai untuk angkut bibit dan pupuk, tapi berhubung lokasi kebakaran sulit dijangkau, kami coba pakai ATV untuk membawa alat-alat pemadam kebakaran. Di luar dugaan kami, api berhasil dipadamkan dalam waktu singkat,” ujarnya lega.
Dari pengalaman tersebut, selain dapat menghemat biaya angkut di kebun, ATV juga bisa diandalkan untuk fungsi lain, yaitu membantu proses pemadaman kebakaran di kebun sawit.
Brenda Andriana