Salah satu kendala dalam ekspor komoditas hortikultura adalah mutu produk yang tidak sesuai permintaan lantaran sistem pengemasannya belum memenuhi standar ekspor.
Menurut Sri Kuntarsih, Sekretaris Ditjen Hortikultura, Deptan, selama ini ekspor produk hortikultura kita menghadapi beberapa masalah, yaitu mutu, kuantitas, dan transportasi. Dari sisi mutu, produk dalam negeri tidak dapat bertahan sesampai di negara tujuan ekspor. Karena itu, ia menyarankan kepada eksportir untuk sangat memperhatikan soal pengemasan.
Sistem Pengemasan
Henky Wibawa, Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia, mengatakan, salah satu penanganan mutu produk buah-buah supaya tidak rusak sampai negara tujuan ekspor adalah melakukan pengemasan yang baik. Kemasan yang diupayakan dengan harga ekonomis akan memberi nilai tambah bagi buah-buahan ekspor.
Pengemasan, menurut Henky, mencakup tiga sistem, yaitu konsumen, material atau bahan bakunya, dan mesin. Ada tuntutan terhadap kemasan menurut selera konsumen. Ada bahan baku yang menyesuaikan kondisi produk hortikultura. Dan ada mesin yang membuat kemasan.
Selanjutnya, dalam pembuatan kemasan harus diperhatikan tuntutan ekonomis sehingga pengemasan yang dibuat harus dilihat sebagai pemberi nilai tambah. “Jadi bukan merupakan biaya yang menjadi beban atau biaya (cost) bagi pengusaha atau pelaku usaha,” jelas Henky.
Saat ini, pengemasan buah ekspor harus menyesuaikan dengan tuntutan negara-negara maju terkait perkembangan ekologi (lingkungan). Negara-negara itu sangat memperhatikan faktor lingkungan, “Sehingga mereka sudah mengurangi packaging (kemasan) yang mengandung bahan pencemar lingkungan,” lanjut Henky.
Tahan Lama
Dari sisi praktisi, menurut Budi Waluyo, General Manager PT Agung Mustika, ekspor manggis menjelaskan, pengemasan berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan mekanis dan menciptakan iklim mikro yang lebih sesuai. Sehingga selama proses penyimpanan dan pendistribusian, terjadinya kerusakan fisik yang mungkin terjadi pada manggis tidak sampai merugikan.
Budi pun memaparkan tentang teknis pengemasan manggis yang dilakukannya. Sebelum dimasuki buah, kotak kemasan diberi alas kertas agar kulit buah tidak rusak. Lalu manggis dimasukkan ke dalam kemasan secara hati-hati dengan posisi punggung buah menghadap ke bawah. Setiap kemasan keranjang plastik berisi buah sebanyak 8 kg. Selanjutnya setiap kemasan diberi tanda sesuai kelasnya, kemudian ditimbang ulang agar sesuai permintaan. “Jika proses packaging yang dilakukan bagus, buah manggis dapat tahan sampai 8—10 hari di pasar. Jika tidak bagus, hanya akan tahan 3—4 hari saja” jelasnya.
Secara umum, ukuran kemasan 60 cm x 40 cm atau 40 cm x 30 cm. Sedangkan bahan kemasannya karton dan plastik. Pilihan ukuran kemasan berhubungan dengan ukuran rangka dan wadah penggulung yang digunakan untuk pendistribusian beragam jenis buah dan sayuran ke pasar. “Selain itu, harus juga diperhatikan penumpukan kemasan, tidak lebih dari 12 tumpukan, dan penyimpanan sebelum pengiriman, serta pendinginan pada saat pengiriman,” tambah Budi.
Yan Suhendar