All Terrain Vehicle (ATV) merupakan kendaraan multifungsi yang sangat tangguh sebagai alat transportasi. Kendaraan ini cocok dan fleksibel untuk menjangkau seluruh sudut perkebunan sawit dan tidak menimbulkan kerusakan jalan.
Ketangguhan ATV semakin terlihat saat menyusuri jalan-jalan kebun sawit yang bergelombang dan banyak tikungan tajam. Bodinya yang kekar mampu menembus jalan yang berlumpur dan becek. “Kalau menggunakan kendaraan yang ada di perkebunan sekarang ini biasanya ban akan ambles ke lumpur, tapi ATV masih bisa melaju,” kata Indra Gumay Putra, Asisten Manager ATV Division Head PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) pada acara Yamaha ATV Safety Riding Training di Lido Lakes Resort, Sukabumi-Jabar akhir bulan silam.
Menjual Kepercayaan
Indra menambahkan, keberadaan ATV memang tergolong baru di Indonesia, tapi respon pengusaha sawit sudah mulai terlihat. Namun mereka masih belum sepenuhnya mempercayai keunggulan ATV. “Mereka masih butuh kepercayaan, sebab mereka ini belum pernah melihat cara kerja ATV dan mereka butuh bukti itu,” ujarnya.
Untuk membuktikan keunggulan ATV, YMKI tak segan-segan membuat test drive langsung di kebun kelapa sawit. “Kita tidak hanya melakukan test drive saja tapi juga edukasi tentang safety riding bagi pengendara ATV. Hal ini juga untuk menunjukkan bahwa kami juga bertanggungjawab terhadap keselamatan pengguna ATV,” kata Indra Gumay Putra.
Riswandi menjelaskan, safety riding ini bertujuan meminimalkan risiko dalam mengendarai ATV di kebun sawit, sebab lahan kebun kelapa sawit kebanyakan berupa jalan tanah, sempit dan berbukit serta sangat sulit ditempuh. “Kami akan taruh satu unit ATV antara satu minggu hingga satu bulan untuk mereka gunakan secara gratis dan mereka bebas pakai selama waktu itu. Sebelumnya para penanggung jawab atau operator yang ditunjuk pihak perkebunan untuk pengoperasian ATV harus mengikuti ATV safety riding training terlebih dahulu,” katanya.
Solusi di Kontur Berat
Selama ini porsi areal perkebunan kelapa sawit yang sulit dijangkau mencapai 10%— 20% dari total lahan. Padahal produksi kelapa sawit dari areal tersebut sama dengan daerah yang mudah dijangkau menggunakan kendaraan yang ada. Namun kontur jalan yang tidak rata, tanjakan, turunan tajam, dan belokan patah menyebabkan kendaraan yang ada di kebun sawit tidak dapat melaluinya. Alhasil, tandan buah segar (TBS) dari kebun itu sulit dipanen. “Saat musim hujan tiba, TBS yang tidak bisa terangkut mencapai 10—60 ton per hari,” jelas Indra.
Dengan ATV, kendala tersebut dapat teratasi dengan mudah. Di medan yang berat sekalipun ATV tetap tangguh. Kehilangan produksi kelapa sawit akibat tak terangkut kini tidak akan terjadi lagi. “ATV lebih menguntungkan di perkebunan karena faktor kehilangan TBS yang tidak terangkut bisa dikurangi,” lanjut Indra.
Menurut hitungan Indra, dengan mengeluarkan uang sekitar Rp140 juta, pengelola mendapatkan satu unit seharga Rp130 juta dan satu unit gerobak pengangkut berkapasitas 350—500 kg senilai Rp10 juta. Dengan bekal ini, perusahaan yang mengelola kebun sawit tidak akan mengalami kerugian. Pasalnya, biaya tersebut akan tertutup dengan terangkutnya TBS di areal lahan kebun sawit yang sulit dijangkau sebelumnya. “Kalau harga TBS Rp1.200 per kg, sehari ATV mampu mengangkut sekitar 10 ton dari areal yang tidak terjangkau itu, maka dalam tempo 12 hari, harga satu unit ATV sudah ter-cover,” papar Indra.
Tri Mardi Rasa