Dengan kapasitas 360 ribu ton per tahun, pabrik pupuk organik ini menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Pabrik milik PT Sinka Sinye Agrotama (SSA), anak perusahaan Sujaya Group, yang bergerak dalam prasarana pertanian ini beroperasi di Singkawang, Kalbar, sejak 2006. Tetiono A., Direktur Utama SSA, kepada peserta ”Seminar Nasional Prospek Perunggasan 2009, Peluang Prospek Tantangan Kalimantan Barat”, 26 Februari 2009, di Singkawang, menjelaskan, kapasitas produksi tersebut masih bisa ditambah jika permintaan pasar meningkat. Pasalnya, pabrik ini menempati lahan seluas 14 ha dengan didukung 300-an tenaga kerja.
Menurut Tetiono, kapasitas produksi mesin SSA lebih besar dari yang pernah ada di China yang mencapai 100 ribu ton per tahun. ”PT SSA adalah pabrik pupuk organik terbesar di Asia Tenggara,” klaim pemilik peternakan ayam petelur dan babi tersebut.
Dilirik Pembeli Asing
Untuk memproduksi pupuk organik, SSA memanfaatkan kotoran ayam yang dihasilkan dari sekitar dua juta ayam petelur milik grup perusahaan. Sedangkan bahan baku lainnya adalah tanah gambut tertentu, sabut kelapa, tandan kelapa sawit, tepung ikan lokal, bahkan air kelapa. Bahan-bahan tersebut dicampur lalu difermentasi dengan mikroba. Perlakuan fermentasinya menggunakan bakteri lokal. “Yang penting, fermentasi ini bisa menghilangkan kandungan bakteri tidak menguntungkan seperti E. coli dan Salmonella,” ungkap Tetiono yang juga pengekspor ternak babi ini. Setelah jadi, pupuk dibuat granul kemudian dikemas.
Pupuk organik ini tak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga pasar mancanegara, “Konsumen dari Dubai dan Malaysia telah menyatakan berminat, dan sekarang tengah dilakukan finalisasi distribusi,” ujar Tetiono.
Sebelum membuka pabrik pupuk terbesar, SSA sudah berbisnis pupuk organik. Jenisnya terutama yang mengandung unsur hara mikro (trace element). Pupuk ini diklaim sebagai pupuk plus karena dapat mengatasi penyakit busuk akar.
Sejalan meningkatnya permintaan, SSA memperkaya kandungan pupuknya dengan hara makro, yaitu NPK tetapi bersumber dari bahan baku organik. Karena itu kandungannya tidak sebanyak produk pupuk NPK dari anorganik, hanya 3%. Kapasitas produksinya pun naik dari ton per hari menjadi 50 ton dan akhirnya meningkat sampai sebesar sekarang.
Sejauh ini sudah ada 30 ramuan pupuk yang dirakit SSA tetapi yang paling laris ada 6 merek. Pupuk masih dijual ke pasar bebas, memenuhi kebutuhan petani dan pekebun yang menanam padi, palawija, jeruk, juga kelapa sawit. Istimewanya, untuk order-order yang besar, perusahaan ini melayani pesanan khusus, seperti proses produksi dan kualifikasi pencampuran bahan baku, disesuaikan dengan permintaan pembeli. ”Ini dilakukan karena pupuk organik untuk jenis tanaman musiman akan sangat berbeda dengan tanaman tahunan seperti tanaman kelapa sawit,” dalih Tetiono.
Selain pupuk organik, SSA juga sedang mempersiapkan produksi pupuk anorganik (urea) dengan bahan baku kotoran ternak. Kandungan amonia dalam feses atau kotoran ternak diberi tekanan tinggi sehingga berubah menjadi urea. Ia juga mengungkap, pihaknya tengah bekerjasama dengan pemerintah memproduksi pupuk bersubsidi untuk petani. Bila terwujud, petani tanaman pangan dan perkebunan di Kalbar yang mengalami kekurangan pasokan pupuk subsidi sampai puluhan ribu ton dapat terbantu.
Aju, Kontributor Pontianak