Kiprah PT Petrokimia Gresik memproduksi aneka pupuk anorganik baik tunggal maupun majemuk tidak diragukan lagi. Namun belakangan, BUMN ini meluncurkan pupuk hayati dan sebelumnya juga pupuk organik.
“Selain berbisnis melalui produk pupuk anorganik, PT Petrokimia Gresik sebagai salah satu BUMN tetap mengedepankan aspek sosial,” ungkap Yudho Sugiyarto, Kepala Biro Pelayanan & Komunikasi Produk PT Petrokimia Gresik (Petrogres). Aspek sosial diwujudkan dengan meneliti dan menemukan pupuk organik dan pupuk hayati. Dua produk pupuk tersebut diberi label Petrobio dan Petroganik.
Pupuk Hayati Petrobio
Petrobio, menurut Yudho, pupuk hayati berbahan aktif bakteri penambat N-bebas tanpa bersimbiosis dan mikroba pelarut P. Bahan aktifnya terdiri dari mikroba Aspergillus niger, Penicillium sp., Pantoea sp., Zospirilum sp., dan Streptomyces sp. Penggunaan Petrobio tidak untuk menggantikan pupuk kimia, melainkan mengefektifkan pupuk kimia, terutama pupuk N dan P.
Bakteri penambat N dari udara berkemampuan mengikat N bebas di dalam udara tanah melalui produksi enzim reduktase urea. Bakteri tersebut bersimbiosis dengan akar tanaman dan hidup dalam bintil akar. Simbiosis ini membuat tanaman hanya perlu pasokan sedikit pupuk N. Selain itu, mikroba pelarut P yang digunakan bisa menghasilkan enzim fosfatase, asam-asam organik, dan polisakarida ekstra sel yang membebaskan unsur P dari senyawa pengikatnya sehingga P tersedia bagi tanaman.
Pupuk yang berbentuk granul ini sangat mudah diaplikasikan, ramah lingkungan, serta cocok untuk semua jenis tanah dan tanaman. Petrobio dikemas dalam karung kedap air sehingga kualitasnya tetap terjaga dengan volume 10 kg per kantong. Dosis anjurannya 60 kg per ha. Diaplikasikan dua kali, sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan sekitar 3—4 minggu setelah tanam dengan cara ditaburkan atau dibenamkan ke dalam tanah di sekitar perakaran. “Jadi dengan menggunakan Petrobio, petani cukup menggunakan pupuk anorganik sesuai anjuran. Tidak perlu berlebihan seperti biasanya,” terang Yudho.
Pupuk Organik Petroganik
Pupuk organik yang diberi nama Petroganik mulai dikenalkan kepada petani sejak 2006. Kini produksinya telah dikerjasamakan dengan investor lokal. “Tahun ini sudah ada sekitar 28 pabrik Petroganik yang tersebar di Jatim, Jateng, DIY, Lampung, Sumut, dan Kalsel. Dan tahun depan bisa berkembang menjadi 50 pabrik, di antaranya di Bali dan Sulawesi,” jelas Yudho.
Bahan-bahan pembentuk Petroganik tergantung ketersediaan bahan baku di daerah. Di antaranya pupuk kandang, limbah pabrik gula, dan limbah pertanian seperti kulit kopi, tandan sawit, dan jerami. Namun, tambah Yudho, semua bahan baku yang akan digunakan harus diuji di laboratorium dulu lalu ditetapkan komposisinya sehingga menghasilkan pupuk organik sesuai standar yang ditetapkan Petrogres. Dan ke dalam pupuk organik ditambahkan Mixtro, formula paten milik Petrogres, sebanyak 1%.
“Tujuan penggunaan pupuk organik adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Setelah itu rentetannya produksi meningkat, kualitas produk menjadi lebih baik, dan tanah menjadi lebih sehat,” ungkap Yudho. Contohnya, kenaikan produksi padi setelah menggunakan Petroganik berkisar 0,5—2 ton per ha. Dan produksi kedelai wilis 3,2 ton per ha dari rata-rata 30 ha luas pertanaman kedelai yang dipanen Presiden SBY di Nganjuk, Jatim, beberapa waktu lalu.
Untung Jaya