Kelebihan Baytani dibandingkan atabela yang sudah ada di antaranya kebutuhan benih lebih sedikit. Tanaman larikan dan ada jarak tanam dalam barisan sehingga tanaman rapi seperti pada sistem pindah tanam. Benih padi tidak akan hilang walaupun turun hujan setelah sebar. Dan populasi tanaman tidak sepadat sistem tabela yang sudah ada sehingga memungkinkan kuantitas dan kualitas produksi lebih baik.
Spesifikasi Baytani
Baytani dibuat dari kayu dan plastik, panjang total 210 cm; lebar 52 cm, tinggi tanpa penarik 52 cm dan berat 11,5 kg. Konstruksinya knock down untuk mempermudah dibawa dalam pengangkutan. Kebutuhan benih 20—25 kg per hektar (ha) dengan kapasitas kerja 3—6 jam per ha tergantung pengalaman operator.
Tabung benih terbuat dari pipa paralon dengan ukuran 4 inci. Pada tabung benih terdapat 8 baris lubang untuk keluarnya benih dengan jarak antarbaris 25 cm. Di dalam tabung dipasang penyekat untuk memisahkan tabung menjadi 4 baris lubang di kanan dan 4 baris lubang di kiri. Tiap baris melingkar paralon terdapat 7 lubang dengan diameter lubang 12 mm dan dilengkapi penutup lubang sehingga memungkinkan hanya lubang paling bawah yang terbuka pada saat dioperasikan.
Pembuat larikan (marker) terdiri dari kayu pemegang dan ujung marker terbuat dari plastik. Keduanya dihubungkan dengan dua baut supaya panjang marker dapat diatur sesuai kedalaman larikan yang diinginkan. Marker dipasang sebaris dengan lubang benih sehingga benih jatuh pada alur dan tertutup oleh lumpur.
Roda terbuat dari kayu dengan diameter 50 cm dan tebal 4 cm. Pada roda bagian luar dipasang tujuh sayap segaris dengan lubang benih. Sayap pada roda berfungsi membuat jarak tanam dalam barisan dan menahan roda agar tidak selip saat ditarik.
Pengisian benih dilakukan melalui kedua pusat roda bagian luar yang dapat dibuka dan ditutup. Agar benih dapat jatuh dengan baik, tabung hanya diisi 70%–80% dari volumenya. Setiap kali mengisi tabung sekitar 6–7 kg benih, masing-masing 3–3,5 kg di kiri dan kanan, untuk 0,25–0,3 ha sawah.
Baytani dirancang bangun dengan harapan, sistem tabela dapat menjadi alternatif dalam bercocok tanam padi selain sistem pindah tanam. Sekaligus sebagai solusi makin sulitnya tenaga tanam. Dan yang lebih penting, tabela – baytani merupakan teknologi bertanam padi hemat air.
Secara teori antara tabela dengan sistem pindah tanam, kebutuhan airnya berbeda. Pada sistem pindah tanam, yang ditanam adalah bibit sehingga perlu air untuk penggenangan. Jika tidak digenangi, maka bibit akan mati. Sedangkan pada tabela, biji yang ditanam akan tumbuh dalam situasi aerob, jadi bila digenangi justru akan mati. Jadi, diperlukan kondisi yang tidak tergenang. Dari sisi bahan yang ditanam saja menunjukkan tabela memang hemat air.
Setelah sebar benih sampai umur 19 hari, kondisi lahan hanya macak-macak. Pada umur 10—30 hari, tanaman memasuki masa pertumbuhan. Perbanyakan anakan akan berlangsung bagus bila diberikan air secara berkala 2—3 hari sekali. Air masuk cukup sampai memenuhi caren dan membasahi permukaan guludan. Setelah 30 hari dan seterusnya, tanaman bisa diperlakukan seperti sistem pindah tanam.
Untung Jaya/Harmani Dwidjowinoto