Semarang - Untuk mewujudkan cita-cita swasembada pangan Indonesia tahun 2008, Indonesia harus segera mewujudkan ketahanan pangan dengan berbasis kearifan lokal.
Seruan ini diungkapkan oleh Ir Lindayani, MP, Ph.D dalam orasi ilmiahnya yang mengangkat tema "Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal Roh Konsumen Pangan Indonesia". Orasi ilmiah dibacakan pada saat peringatan Dies Natalis Ke-25 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang di Gedung Teater Thomas Aquinas.
Dalam orasinya Lindayani menyampaikan bahwa akar permasalahan kemiskinan saat ini adalah ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan.
"Ironis memang negara Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris justru menjadi negara yang bergantung pada hasil pangan negara lain," katanya. Dia juga menambahkan kebijakan impor yang dilakukan oleh pemerintah bukanlah solusi terbaik dalam mengatasi kerawanan pangan ini.
Untuk mengatasi masalah pangan ini Lindayani menekankan pentingnya pembinaan kearifan lokal yang ada dimasyarakat sehingga ketahanan pangan dapat terwujud. "Ketahanan pangan yang berbasis kearifan lokal mampu menjaga keseimbangan alam dengan mengandalkan sikap arif dari masyarakat. Dengan demikian, masyarakat mampu mengembangkan kekayaan hayati untuk memenuhi kebutuhan pangan," kata Lindayani.
Lindayani menyampaikan, kearifan lokal masyarakat dapat diimplementasikan dengan menjaga keseimbangan alam. Masyarakat dapat menerapkannya dengan menggunakan produk-produk organik seperti kompos dan pupuk kandang dalam merawat tanaman.
Ketergantungan masyarakat pada bahan pangan utama beras pun harus segera diminimalkan dengan diversifikasi makanan pokok. Menurutnya ada beberapa jenis makanan pokok yang dikenal masyarakat seperti sagu dan singkong yang keberadaanya menyesuaikan dengan karakteristik daerah.
Sumber : www.kompas.com