Senin, 6 Agustus 2007

Drs. Cornelis, MH Birokrat yang Merakyat

Sepanjang tahun matahari menyinari bumi Kalbar yang subur. Tapi, mengapa masih banyak masyarakat yang belum sejahtera?

Boleh dibillang, kebutuhan hidup di Provinsi Kalimantan Barat, serba tersedia. Sebut saja padi, jagung, palawija, aneka sayuran, buah-buahan, dan sejumlah komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan kakao. Semua tampak tumbuh subur. Meski sistem budidayanya belum seintensif di Jawa.

Potensi perikanan laut maupun air tawar cukup besar. Ikan arwana yang harganya selangit itu pun berasal dari sungai dan rawa-rawa di tanah katulistiwa tersebut. Belum lagi peternakan unggas, sapi potong, kambing, maupun babi, dapat berkembang dengan baik di sana. Namun sayang, bagi sebagian masyarakatnya, kekayaan alam itu belum memberikan kemakmuran. Beberapa kawasan pedesaan, terutama di pedalaman, sulit berkembang karena infrastrukturnya belum memadai.

 

Ingin Meraih Mimpi

Bagi masyarakat Kalbar, kemakmuran tampaknya masih menjadi sebuah mimpi panjang. Kenyataan ini mengusik perasaan Drs. Cornelis, MH, orang nomor satu di Kabupaten Landak. Sebagai seorang bupati yang telah menjabat dua periode, ia merasa perlu menawarkan visi lain sebagai koreksi terhadap sistem pembangunan masyarakat Kalbar. Saat ini ia sedang mempersiapkan diri untuk bersaing di bursa calon gubernur provinsi tersebut.

“Matahari bersinar sepanjang tahun, alam memberikan cukup kepada kita,” begitu kata sang Bupati. Ia merasa heran, mengapa di era reformasi dan otonomi daerah penduduk Kalbar masih banyak yang belum sejahtera? Dengan kondisi tanah yang subur, kawasan ini seharusnya bisa membangun basis agribisnis untuk mensejahterakan masyarakatnya. “Mau makan ikan ada, rebung bisa kita dapatkan, pakis silakan ambil tanpa harus menanam,” ungkapnya dengan tegas.  

Cornelis yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Kalbar sekaligus Ketua Keluarga Besar Putra Putri POLRI (KBPPP) Kalbar ini pun membandingkannya dengan kemajuan masyarakat Cina dan Eropa. “Meski tak memiliki alam sesubur Kalbar, mereka toh bisa lebih maju. Bagi saya, ini tanda tanya besar,” imbuhnya seraya menjelaskan keyakinannya bahwa membangun sektor pertanian itu penting. 

Tapi, ia pun mengakui untuk membangun Kalbar secara utuh harus memahami karakteristik persoalan di setiap kawasan. “Setiap daerah memiliki potensi dan cara penanganan yang berbeda,” jelas Bupati yang masih enggan membuka konsep dan visi kampanyenya itu. “Sampai saat pidato visi di DPRD nanti, ini masih rahasia,”  kilahnya.

 

Penghargaan dari Presiden

Sejak dilantik menjadi Bupati Landak pertama pada 2001, Cornelis memimpin secara tegas sehingga Kabupaten Landak yang dulu terkenal sebagai daerah Texas di Kalbar, kini sudah sangat kondusif. Ia memprakarsai gerakan pengembangan dan pemberdayaan pertanian untuk mengakselerasi pembangunan dan kemandirian daerahnya. Sebab, selain bisa menjadi sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD), potensi sumber daya alam Landak memang cukup besar. Perkebunan 500 ribu ha, lahan sawah dan lahan kering 900 ribu ha, serta areal untuk budidaya perikanan 1.000 ha. Semua ini belum digarap optimal.

Begitu Kabupaten Landak berdiri, dan mendapat kepercayaan menjadi bupati pertama, ia pun mencanangkan visi pembangunan “Terciptanya Masyarakat Kabupaten Landak yang Cerdas, Bermoral, Maju, Mandiri, dan Terdepan di Bidang Ekonomi Kerakyatan, yang berbasis Agribisnis dan Agroindustri”.

Pemikiran dan konsepnya tentang pemberdayaan agribisnis dan agroindustri berhasil mengorbitkan Landak pada tingkat kemajuan pesat. Kreativitas dan kapasitasnya sebagai pemimpin membawa Cornelis mendapat penghargaan Satya Lencana Pembangunan Pertanian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pekan Nasional (Penas) KTNA 2007 di Banyuasin, Sumatera Selatan.

Cornelis, pria kelahiran Sanggau, 27 Juli 1953, itu meyakini empat prinsip hidup. Pertama, hidup seperti air mengalir. “Tidak usah dipikir dapat upah atau penghargaan, yang penting lakukan saja, nggak usah jadi beban. Yang bisa kita kerjakan hari ini, kita kerjakan, kalau belum, kita kerjakan esok hari,” ucapnya.

Kedua, semangat seteguh batu karang. Tetap tenang walaupun berbagai cobaan dan tantangan menerpa.

Ketiga, hidup seperti semut, selalu kompak. Kemenangan tidak mungkin dicapai tanpa adanya kekompakan, kebersamaan, dan kesatuan.

Keempat, hidup seperti kumis, dipotong tumbuh lagi. Artinya, harus berani berkorban demi kepentingan yang lebih besar, berguna bagi orang lain. Meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran demi kepentingan sesama.

Bagi Cornelis, keempat prinsip tersebut harus diimplementasikan dengan penuh integritas, dalam keselarasan kata dan perbuatan, penuh keberanian dan ketulusan hati. Intinya, dia hanya ingin melayani, bukan dilayani. Dengan demikian dia mampu merumuskan realita multidimensi kehidupan masyarakat Landak secara akurat, di dalam konsep pemberdayaan agribisnis dan agroindustri, untuk menjemput masa depan Landak yang lebih baik.

 

Dari Bawah

Perjalanan karir Cornelis diawali sebagai Kaur Bangdes di Kecamatan Mandor pada 1979—1986. Ia pun sempat menjadi Camat Menjalin (1989—1995), Camat Menyuke (1995—2001), sempat menjabat salah satu Eselon III pada Dinas Pertambangan Provinsi Kalbar, dan akhirnya terpilih sebagai Bupati Landak.

Ketika ditanya tentang pencalonan dirinya sebagai Gubernur Kalbar, Cornelis tidak banyak mengumbar janji. “Saya hanya ingin membuat kebijakan yang benar-benar sesuai dengan keinginan masyarakat Kalbar,” ucapnya. Pasalnya, lanjut dia, sampai sekarang masih banyak persoalan yang dihadapi masyarakat Kalbar untuk hidup lebih baik.

Berbekal pengalaman 27 tahun sebagai birokrat di kawasan Kalbar, tentu Cornelis yang berjiwa nasionalis memahami dan mengerti karakteristik kehidupan masyarakat Kalbar. Kecerdasan, totalitas pengabdian, dan wawasan kebangsaannya membuat putra daerah ini pantas didambakan untuk memimpin dalam ruang lingkup yang lebih luas sebagai gubernur.

 

Dadang WI, Krus Haryanto

 

 

                                           Data Pribadi

Nama Lengkap:

Drs. Cornelis, MH

Lahir:

 Sanggau, 27 Juli 1953

Jabatan:

- Bupati Landak periode 2001—2006 dan 2006—2011

- Ketua DPD PDI Perjuangan Kalimantan Barat

   Periode 2003—2005 dan 2005—2010

Isteri:

Frederika S.Pd.

Anak:

- Karolin Margaret Natasa, S.Ked.

- Angeline Fremalco, SH

Pendidikan:

-          1978 Lulus APDN di Pontianak

-          1987 Lulus S1 Fakultas Ilmu Administrasi Spesialisasi

 Ilmu Pemerintahan Daerah, UNIBRAW, Malang

      -     2004 Lulus Magister Ilmu Hukum UNTAN, Pontianak

Pendidikan Lainnya:

-          1992 SUSPIM Artileri-PUSDIK ART Angkatan VII, Cimahi, Jabar

-          1993 SEPALA Angkatan IV, Pontianak

-          1993/1994, SPADYA Angkatan I, Pontianak

-          2003 Diklat Otonomi Daerah di University Van Amsterdam, Belanda

      -     2006 Orientasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah DEPDAGRI, Jakarta

 

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain