Denpasar - Walaupun sejumlah bank sudah menyatakan mendukung sektor perikanan dengan menandatangani komitmen pembiayaan pada perikanan budi daya, 2 Februari 2007, sampai saat ini belum satu pun yang direalisasikan. Padahal, jutaan pekerja sudah menunggu bergeraknya sektor perikanan di banyak daerah.
"Salah satu contoh, BRI yang sudah berkomitmen mendukung perikanan budi daya dengan menyiapkan kredit sebesar Rp100 miliar, hingga kini tak kunjung direalisasikan," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi usai membuka Indonesian Aquaculture 2007, di Sanur, Bali, Senin (30/7).
Freddy mengatakan, sebenarnya para pelaku perikanan budi daya siap dengan bunga komersial, terutama untuk komoditas yang memang menguntungkan, seperti ikan lele, nila, patin, dan banyak lagi yang pasar ekspornya masih terbuka lebar. Para pembudi daya berhasil mencari sumber-sumber pendanaan lain dan dari mereka sendiri walaupun terbatas.
Potensi areal perikanan budi daya secara nasional diperkirakan mencapai 15,59 juta hektare (ha), terdiri dari 2,23 juta ha budi daya air tawar, 1,22 juta ha budi daya air payau, dan 8,37 juta ha budi daya laut. Untuk budi daya air tawar yang baru dimanfaatkan sebesar 10,1 persen, budi daya air payau baru 40 persen, dan 0,01 persen untuk budi daya laut.
Produksi budi daya secara nasional pada 2005 baru mencapai 2,16 juta ton atau masih rendah dibandingkan dengan potensi lahan yang tersedia. Freddy mengatakan, sektor perikanan budi daya terkait dengan pengentasan kemiskinan dan membuka banyak lapangan kerja. Apalagi, bidang penangkapan ikan di laut cenderung mengalami penurunan sumber daya.
Dia mengakui, bersaing dengan negara lain untuk menghasilkan produk perikanan budi daya yang berkualitas tinggi saat ini relatif sulit. Menurutnya, para pemubudi daya harus menghasilkan ikan yang super efisien dengan menekan biaya produksi agar dapat menjual produk dengan harga yang lebih murah dengan kualitas baik, sehingga dapat menguasai pasar dengan lebih baik.
Berbagai Negara
Indonesian Aquaculture dihadiri 600 peserta dengan pembicara dari berbagai negara, antara lain. George Chamberlain (Global Aquaculture Alliance), Sena de Silva (Sekjen Network of Aquaculture Centre in Asia-Fasifik (NACA), Chalor Limsuwan (Kasetstart University, Thailand), James Wyban (High Health Aquaculture), Matthew Briggs dan Mike Rimmer (Australia).
Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan, Made L Nurjana, mengatakan, Indonesia Aquaculture adalah ajang temu bisnis di bidang perikanan budi daya dalam dan luar negeri. Pertemuan ini melibatkan pemerintah, stakeholder, peneliti, perekayasa teknologi, dan lainnya.
Sumber : www.suarapembaruan.com