Padang - Peternakan sapi perah di Sumatera Barat (Sumbar) belum serius dikembangkan sebagai basis ekonomi kerakyatan. Padahal, usaha ini memiliki prospek bagus menyusul tingginya harga susu di pasaran sekarang. Belum bergairahnya pengembangan sektor riil peternakan, khususnya sapi perah, terkait juga dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi susu sebagai asupan gizi.
Ahli ternak sapi perah dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) Padang, Ir Arief MS, di Padang berpendapat, Sumbar secara umum cocok untuk pengembangan ternak perah.
"Potensi tersebut dapat dilihat dari cocoknya beberapa aspek pendukung mulai dari lingkungan dan pakan (makanan ternak). Sementara untuk bibit, dapat dipasok dari luar dan bisa dikembangkan di Sumbar," katanya.
Menanggapi rendahnya perkembangan ternak perah saat ini, menurut Arief, disebabkan rendahnya animo masyarakat mengonsumsi susu. Sementara itu, produk yang ada belum sepenuhnya tersalurkan. Jika masyarakat bisa sedikit menyadari pentingnya susu, ke depan diyakini akan dapat menggairahkan kembali usaha sapi perah.
Sementara itu, Dekan Fakultas Peternakan Unand, Prof Dr Ir Surya Anwar mengungkapkan, usaha ternak perah, khususnya sapi perah sekarang ini sedang terus digalakkan.
"Saat ini, Indiche School (INS) Kayu Tanam tengah menggelar kerja sama dengan Unand untuk membentuk sebuah sentra ternak perah di sekolah tersebut. Proyek itu, saat ini memasuki tahap kajian yang dilakukan oleh beberapa orang dosen," katanya.
Memanfaatkan
Target yang ingin dicapai dari kerja sama ini, tambahnya, INS bisa menjadi induk bagi peternakan plasma yang diusahakan petani setempat. Sumbar harus bisa memanfaatkan sumber daya yang ada saat ini.
"Dengan sumber daya yang terbatas bisa menghasilkan beberapa produk susu. Produk tersebut harus ditingkatkan kualitasnya agar bisa menjadi standar terendah untuk lanjutan produksi yang lebih besar, atau sebuah industri," ucapnya.
Populasi sapi perah Sumbar sampai tahun 2006 mencapai 704 ekor. Populasi ini hanya menghasilkan produk susu dalam jumlah kecil dan diusahakan secara tradisional. Ke depan, diharapkan adanya sebuah industri yang bisa menampung produksi peternakan susu sehingga mampu menggairahkan para peternak untuk terus mengembangkan usahanya.
Sumber : www.suarapembaruan.com